SUARAINDONEWS.COM, Pangkalpinang-Spirit untuk memperjuangkan keberadaan musisi di Indonesia nampaknya tersirat jelas dalam perbincangan yang cukup hangat saat digelarnya Jazz Clinic yang diadakan sore, di Teras Nusantara, Citraland Botanical City, Pangkal Pinang, Kepulauan Bangka Belitung (29/12).
Bahkan secara tegas Idang Rasjidi sebagai putera daerah membulatkan impiannya melalui Jazz On The Bridge yang digagasnya bersama Gubernur Kepulauan Bangka Belitung, DR Erizaldi Rosman Djohan bahwa ainul yaqin … kite pacak! mencapai tujuan itu.
Dan keseriusannya memperjuangkan hak-hak musisi di Indonesia tersebut, melalui Jazz on The Bridge, didukung sepenuhnya oleh Fariz RM, Mus Mujiono, Tompi, Glend Fredly serta musisi musisi lainnya. Tanpa terkecuali para musisi muda Indonesia berbakat yang diwakili oleh Antonius Aninditya Abirama, atau yang disapa Abirama, yang mendapat kesempatan besar dipegang langsung oleh musisi besar dunia David Foster, khusus datang dari Belanda untuk menghadiri perhelatan itu.
“Ada banyak ilmu yang saya dapat. Ini luar biasa, benar-benar saya merasa mendapatkan banyak ilmunya,” ungkap Abirama, yang September 2017 lalu baru saja merilis single anyarnya yang bertajuk “Terasa Nyaman”. Bahkan lewat PRO-M pada Maret 2018 mendatang, bakal berduet dengan Gisell untuk album barunya.
Sedangkan Fariz RM yang turut hadir di Jazz Clinic pun menegaskan bahwa perjalanan musikalitasnya yang sudah berpuluh-puluh tahun belum diakui secara utuh oleh negara. Hal inilah yang mendorong dirinya mau bersama Idang Rasjidi serta musisi lainnya memperjuangkan eksistensi musisi bukan untuk dirinya semata tapi juga eksistensi musisi di republik ini. Oleh karenanya Jazz on The Bridge, benar-benar menjadi ‘jembatan yang tepat’ mendudukan para musisi di dalam negara.
Jazz Clinic sendiri merupakan rangkaian yang tak terpisahkan dari penyelenggaraan event spektakuler Jazz on the Bridge 2017, maupun Jazz on The Beach yang tengah digagas di salah satu ikon pariwisata lainnya di Kepulauan Bangka Belitung, di tahun 2018 nanti.
“Setelah mempersiapkan event ini dalam waktu hanya enam minggu. Selepas sebulan event Jazz on The Bridge, di tahun 2018 harus kembali mempersiapkan event Jazz on The Beach serta Jazz on The Bridge berikutnya,” jelas Nico Alpiandy, selaku Tim GIPI Jazz on the Bridge 2017.
Jazz on the Bridge bagi Idang tak sekadar melepas rindu pada kampung halaman atau sebatas berbagi ilmu dan wawasan tentang musik. Tapi merupakan tahap akhir dari sebuah awal yang sedang dimulai. Sebagai pemusik telah menjadi kewajiban moral untuk meninggalkan sesuatu yang bermakna bagi keberadaan dan perkembangan musisi berikut karya-karyanya.
Event Jazz on the Bridge memang harus diproyeksikan kemajuannya secara bertahap menjadi sebuah festival jazz sebenar-benarnya agar terus semakin besar dan berkembang secara baik.
Sementara itu, di malam harinya (29/12) sejumlah musisi muda Kepulauan Bangka Belitung membuka Jazz on The Bridge di Jembatan Emas, Pulau Koala, Pangkal Pinang, dimulai dari penampilan Gema Harmoni yang terdiri dari 5 perempuan muda yang berasal dari Belitung Timur, Tanjung Pandan, dan Toboali. Kemudian dilanjutkan penampilan Filosofi Band yang berasal dari Pangkal Pinang. Penampilan berikutnya disuguhkan oleh Trade for Band juga dari Pangkal Pinang, Voice of Band dari Sungailiat, dan masih banyak lagi.
Nanti malam (30/12) menjadi puncak dari Jazz on The Bridge 2017 di Jembatan Emas, Pangkal Pinang, yang menggelar para musisi jazz Indonesia, seperti Idang Rasjidi, Fariz RM, Mus Mujiono, Tompi dan sejumlah musisi muda jazz berbakat tanpa terkecuali.
“Acara dengan lighting luar biasa ini hasil kerjasama yang luar biasa dari tim kerja gubernur dan advisernya yang solid, mereka, Yopi Wijaya (Kadis PU Provinsi) dan Muhammad Arie Aripin (Private Advicer) yang bisa menerjemahkan akan keinginan gubernur lewat visual di atas Jembatan EMAS dengan tehnology lighting sesuai apalagi dipadukan dengan acara Jazz on the Bridge”.
Jembatan EMAS hampir sama megahnya dengan Jembatan Golden Gate di California, USA , tetapi angnan penyebrangan yang juga memiliki nama Jembatan Batu Rusa II, memiliki nilai plus, karena di dalam area turut meengkapi pergelaran musik jazz dengan titel Jazz on The Bridge-Bangka (JOBB) .
Lebih jauh, di sekitar jembatan juga ikut melengkapi Playground atau taman bermain yang bertaraf international, terpasang oleh PT. Prolansekap Indonesia, bahkan di lokasi ini kelak lebih besar dari Kalijodo DKI Jakarta, dan nantinya merupakan cikal tempat pendidikan karakter mental anak yang langsung dibina oleh ibunda PAUD (Pendidikan Anak Usia Dini), Hj. Melati Erzaldi S.,H. (istri Gubernur).
(tjo; foto yok