SUARAINDONEWS.COM, Jakarta-Dalam Seminar Wanita, Pemuda & Teknologi Revolusi Digital Sekarang, atau Tidak Sama Sekali, di Auditorium BPPT, Jakarta Pusat (25/10), yang menghadirkan Sekretaris Menteri Koperasi dan UKM, Agus Muharram, dengan Keynote Speaker : Dr. Ing. Ilham Habibie, MBA (Wakil Ketua Umum Kadin Bidang Telematika, Penyiaran dan Ristek). Selain pembicara lainnya seperti Puput Melati (Owner Deaer By puputmelati), Saiful Sang Juara (CEO BUMSS), Faisal Basri (Pengamat Ekonomi Senior UI), Direktur Saleema Foundation (yayasan dari Amerika) Emad Hamdan serta Niki Tsuraya (Co – Founder & COO Goers).
Secara seksama Dr. Ing. Ilham Habibie, MBA mengingatkan agar kita tak perlu terlalu mengkhawatirkan adanya revolusi digital. Karena teknologi hadir untuk memberikan solusi dan sustainable atau berkelanjutan. Oleh karenanya, teknologi akan bermanfaat bila disertai inovasi yang mampu mendorong memudahkan masyarakat menemukan solusi yang bentuknya bisa dalam kewirausahaan.
Ilham Habibie pun mengajak seluruh masyarakat Indonesia untuk dapat memanfaatkan kemajuan teknologi informasi di segala bidang kehidupan. Maka dari saat ini tengah dikembangkan inovasi teknologi pesawat terbang karya anak bangsa Indonesia yakni pesawat R80 bersama Pak Habibie untuk mentrigger keberanian masyarakat Indonesia untuk terus berinovasi, terutama di bidang teknologi, ungkap Ilham.
Dr. Ing. Ilham Akbar Habibie, MBA, percaya Indonesia memiliki peluang besar menjadi negara raksasa digital ekonomi di Asia. Namun yang perlu dilakukan adalah bagaimana melakukan pemeratan industri digital itu lebih merata, sehingga tidak ada kesenjangan yang jauh antara orang yang sudah melek digital dan orang yang masih tetap berpola konvensional.
“Ini penting dilakukan edukasi yang lebih massif, karena jika kesenjangan pengetahuan digital tidak merata, maka akan semakin tampak kesenjangan sosial di tanah air,” ungkap Ilham.
Sebelumnya Sekretaris Kementerian Koperasi dan UKM Agus Muharram mengingatkan kemajuan teknologi informasi sulit dibendung. Bila pelaku koperasi dan UKM tidak mengikutinya akan ketinggalan dan tergilas dalam peta persaingan usaha.
Agus menambahkan, saat ini sudah memasuki era Triple T Revolution. Hal itu berarti bahwa telekomunikasi sudah memakai sistem wireless, transportasi yang menunjang distribusi barang dan jasa sudah “just in time”, serta travel and tourism yang sudah didominasi pelaku bisnis online atau e-Commerce.
Oleh karena itu, Agus mengungkapkan, Kemenkop dan UKM terus mendorong agar pelaku KUKM di Indonesia untuk menerapkan sistem digital ekonomi atau online. Dalam menciptakan koperasi yang berkualitas, kita menggulirkan motto tidak ada koperasi tanpa IT, tidak ada koperasi tanpa pelatihan, dan tidak ada koperasi tanpa transaksi, jelas Agus.
Untuk mengembangkan UKM, pihaknya terus mendorong agar pelaku UKM menerapkan bisnis e-Commerce. Namun diakuinya dari total jumlah 151 ribu koperasi, baru sekitar 10 persen koperasi yang mengarah dan berbasis IT dalam mekanisme pelaporan ke publik. Sementara pelaku UMKM yang berjumlah sekitar 59,2 juta mayoritas hampir 98 persen pelaku usaha mikro, baru 3,5-5 persen yang usahanya mengarah pada penerapan sistem berbasis IT.
Agus pun mengapresiasi peran wanita dan pemuda dalam mengembangkan wirausaha di Indonesia. Banyak koperasi wanita di Indonesia berkinerja bagus. Begitu juga dengan UKM wanita, banyak yang bagus. Untuk pemuda, memang saat ini sudah diarahkan untuk mengubah paradigma berpikir dari pencari lapangan kerja menjadi pencipta lapangan kerja sebagai wirausaha.
Dan kontribusi koperasi terhadap PDB nasional pada 2016 sudah mencapai 3,99 persen, dari sebelumnya yang hanya kisaran 1,71 persen. Begitu juga dengan rasio kewirausahaan sudah bertengger di posisi 3,1 persen, dari tahun-tahun sebelumnya yang hanya 1,65 persen. Jika ingin stabil secara makro ekonomi, maka rasio kewirausahaan harus berada di minimal 2 persen. Nah, hingga 2019 mendatang, kita mentargetkan rasio kewirausahaan nasional berada di level 5 persen, harapnya.
Sedangkan Direktur Saleema Foundation, Emad Hamdan mengatakan bahwa Islam pun membahas tuntas mengenai kemajuan teknologi. Kita sebagai umat Muslim diharapkan bisa menggunakan teknologi, namun tetap dalam koridor Al Quran dan Sunnah Rasul.
Sedangkan Faisal Basri selaku pengamat ekonomi menjelaskan bahwa penting bila pemerintah melakukan perbaikan infrastruktur pendukung digitalisasi industri. Jadi, selain membangun infrastruktur fisik, juga mengembangkan digitalisasi industri. Hal ini agar Indonesia tidak tertinggal dalam era revolusi industri fase keempat atau lazim disebut industry 4.0.
Pasalnya, lanjut Faisal, fasilitas infrastruktur digital Indonesia masih tertinggal dari negara-negara tetangga. Sebagai contoh, di bidang internet, kecepatan internet di Indonesia pada triwulan I 2017 baru mencapai 7,2 megabyte (MB) per detik. Memang kita lebih baik dari Filipina dan India. Tapi kita tertinggal jauh dari Srilanka, Vietnam, dan Malaysia.
Namun demikian, Faisal memuji urusan bisnis (business egality) industri digital Indonesia yang sangat baik karena kelincahan para pengusaha yang luar biasa, dimana kita berada di peringkat 35, tutup Faisal.
(tjo; foto ist