SUARAINDONEWS.COM, Bogor-Jangan mencoba-coba untuk mengobati sendiri penyakit yang kita derita, apalagi mencoba-coba menjadi ‘dokter pribadi’ bagi orang lain terkait penggunaan antibiotik dalam kehidupan sehari-hari. Karena penggunaan antibiotik harus menggunakan resep dokter.
Demikian hal tersebut dikemukakan Sahat Saragih selaku Manajer Quality Improvement Kimia Farma Apotek, yang didampingi dr. Ade Linda selaku Kordinator Klinik Kimia Farma Veteran, saat memberikan treatment tentang Bagaimana Berprilaku Sehat dihadapan Forum Wartawan Hiburan (FORWAN) Indonesia dan sejumlah siswa-siswi SMKN 1 Pariwisata, Cisarua di Wisma Arga Mulya, Cisarua, Bogor, Jawa Barat, dalam tema Semiloka Kampanye Film Indonesia Pusbang Film Kemendikbud (13/12).
Antibiotik kerap dianggap sebagai ‘obat dewa’, lanjut Sahat Saragi, karena orang awam banyak yang menganggapnya sebagai obat bagi semua penyakit. Padahal hal tersebut keliru besar sebab tubuh kita sangat resisten bila salah penggunaannya terhadap obat-obatan yang terkategori antibiotik tersebut. Apalagi tubuh kita satu dengan lainnya tidak sama.
Pemanfaatan antibiotik yang keliru justeru menjadi sumber datangnya penyakit lain didalam tubuh kita. Resistensi menyebabkan kekebalan terhadap sebuah penyakit tapi tidak kebal terhadap penyakit yang lainnya. Oleh karenanya jangan menggunakan antibiotik dalam waktu yang panjang (atau terus menerus) dan Indonesia menjadi negara yang resistensi paling besar akibat penggunaan antibiotik yang tidak benar dan tidak tepat.
“Mulai sekarang jangan coba-coba mengobati sendiri dengan obat-obatan antibiotik. Jangan juga coba-coba mendiagnosa sendiri synthom penyakit yang kita rasakan. Apalagi mencoba mendiagnosanya dengan mengambil kesimpulan dari informasi di dunia maya. Terlebih beranggapan obat antibiotik yang kita konsumsi akan sama fungsinya jika diberikan dengan orang lain, itu keliru besar,” jelas Sahat.
Bagi seorang dokter saja butuh tiga hari untuk memberikan resep antibiotik bagi pasiennya. Dan bagi seorang apoteker hanya akan memberikan obat antibiotik jika dengan disertai resep dari dokter. Jadi kita sebagai orang awam wajib didampingi tenaga kesehatan untuk mengetahui antibiotik apa yang dibutuhkan bagi tubuh kita. Dengan kata lain penggunaan Aantibiotik yang tidak rasional, menjadi tanggungjawab kita semua.
Sementara dr. Ade Linda, selaku Kordinator Klinik Kimia Farma Veteran, mengingatkan bahwa untuk mengurangi tubuh mengkonsumsi obat-obatan antibiotik maupun obat-obatan lainnya maka dibutuhkan membangun pola hidup dan pola makan yang sehat.
Karenanya membangun pola hidup yang benar dan pola makan yang sehat serta olahraga akan membantu terbentuknya daya tahan tubuh, dimana akhirnya terbentuknya pula daya imun pada tubuh kita, lanjutnya. Dan sesungguhnya tubuh kita memiliki sistem peringatan dini terhadap datangnya berbagai synthom penyakit.
“Kita adalah dokter sesungguhnya tubuh kita. Perbaiki cairan dalam tubuh karena keringat, pipis dan buang air besar menjadi tempatnya pembuangan racun-racun dalam tubuh kita. Karena sesungguhnya kerja obat hanya 35 persen, dan 65 persen sisanya adalah fungsi psikis kita,” papar dr.Ade.
Sel darah nutrisi bagi organ, makanya harus untuk mengkonsumsi makan makanan yang sehat. Biasakan makanan yang merangsang basa seperti makan buah-buahan. Begitu pula mengkonsumsi sayur-sayuran yang tepat mengolahnya. Ditambah olahraga untuk mengembalikan daya tahan tubuh.
Pacuan jantung yang sehat memperbesar sirkulasi sel darah yang tentunya membawa nutrisi ke organ-organ tubuh kita.
Tapi pola hidup yang buruk, tekanan pekerjaan yang tinggi, stress, polusi, nutrisi yang buruk, kurang tidur, bahan pengawet, pewarna makanan, kurangnya olahraga, dan lain lain, menjadi faktor yang melemahkan daya tahan tubuh kita. Oleh karenanya tubuh kita membutuhkan vitamin, vitamin untuk imunologi. Benteng pertahanan tubuh. Sudah menjadi tuntutan supaya stabil imunnya perlu dibantu dengan vitamin, salah satunya Fituno, vitamin untuk Imunologi dalam bentuk tablet yang dapat dikonsumsi sehari sekali.
(din/ foto benksu