SUARAINDONEWS.COM, Jakarta-Dalam waktu dekat, Indonesia dan Malaysia segera menjalin kerjasama dalam kerangka perdagangan beba Preferential Tariff Agreement (PTA). Menurut Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita di Jakarta, Kamis (23/11), langkah ini dilakukan mengingat peluang potensi perdagangan kedua negara cukup besar.
“Di bidang perdagangan, hasil yang dibicarakan antara Indonesia (dhi Mendag Enggar) dan Malaysia berjalan cukup baik. Kita sepakat meningkatkan volume perdagangan kedua negara. Selain itu kami juga meminta segera membahas perjanjian perdagangan lintas batas (border trade agreement) yang perlu segera ditandatangani antar kedua negara.
Ini akan segera menjadi payung hukum bagi kedua negara. Atas dasar itu, maka baru kita dapat membuat PTA nya. Kemudian kita segera membuat joint study feasilibity group (studi bersama kelayakan PTA) atas border (daerah perbatasan) yang ada.
Tujuannya meningkatkan kehidupan sosial ekonomi masyarakat perbatasan. Harapannya wilayah di daerah antara perbatasan dua negara tersebut, tidak hanya semata-mata menjadi hutan belantara saja, melainkan dapat lebih produktif. Itu akan dilakukan bersama di antara kedua negara.
Hal lain yang juga penting dibicarakan antara Pemerintah Indonesia dan Pemerintah Malaysia adalah, karena dua negara ini adalah produsen utama sawit dunia (80%), sehingga dua pihak juga bersepakat mengambil langkah strategis menghadapi black campaign tentang minyak sawit. Ini penting mengingat dampak sosial yang ditimbulkan dari kampanye hitam tentang minyak sawit, menyangkut kehidupan para petani di kebun sawit dan masyarakat yang terlibat di dalamnya., papar Enggar.
Kuota Ekspor Beras ke Malaysia
Dalam kesempatan sama, usai memberikan pengarahan pada acara Pelatihan Petugas Pemantau Harga dan Stok/Pasokan Barang Kebutuhan Pokok dari Dinas Industri dan Perdagangan dari seluruh Indonesia, Enggar mengemukakan, saat kunjungan kerja ke Kuching, Malaysia, Presiden RI Joko Widodo meminta kepada PM Malaysia Najib Razak, agar Indonesia diberi kuota untuk mengekspor berasnya, sekitar 20 persen dari kebutuhan impor beras Malaysia.
“Saat mendampingi Presiden Joko Widodo ke Malaysia, kami menyaksikan permintaan Bapak Presiden kepada PM secara bilateral, agar dapat diberi kuota impor 20 persen ke Malaysia, yang dihitung dari berapa total kebutuhan impor mereka.
Dalam hitungan kami yang juga dipertegas oleh hitungan Menteri Pertanian RI, 20 persen tersebut setara dengan 150 ribu ton, yang akan masuk dalam kuota ekspor satu tahun. Jenis beras yang diminta akan disesuaikan dengan kebutuhan dan permintaan di sana, namun diperkirakan jenis berasnya adalah beras premium,” papar Enggar.
Mendag Enggar menambahkan, Indonesia belum pernah mengekspor beras ke Malaysia. Adapun ekspor beras yang selama ini dilakukan, volumenya terbatas hanya 25 ribu ton. Kendati demikian, optimisme Indonesia ini, didasari anggapan dan perhitungan Menteri Pertanian (Amran, red.), Indonesia akan mengalami kelebihan supply beras jenis premium di dalam negeri tahun depan.
Malaysia merupakan mitra dagang Indonesia terbesar ke-6. Sampai tahun 2015 jumlah modal yang ditanamkan Malaysia di Indonesia diperkirakan telah mencapai angka USD3,077 juta. Malaysia merupakan investor ASEAN terbesar kedua di Indonesia dengan mayoritas investasi di sektor telekomunikasi, perbankan, perkebunan, pertambangan, hotel, restoran, serta minyak dan gas.(Nonie)