SUARAINDONEWS.COM, Jakarta – Kasus keracunan massal yang terjadi di sejumlah daerah setelah distribusi Program Makan Bergizi Gratis (MBG) memicu perhatian publik. Wakil Ketua Umum Partai Golkar Bidang Kebijakan Publik, Idrus Marham, menegaskan bahwa persoalan utama bukan pada ide program, melainkan tata kelola pelaksanaannya.
“Dari aspek filosofis, konstitusional, hingga target program, tidak ada masalah. Yang bermasalah ada pada pelaksanaannya,” ujar Idrus dalam keterangan di Jakarta, Jumat (26/9/2025).
Menurutnya, keracunan yang terjadi harus dijadikan bahan evaluasi terhadap pengelolaan dan pengawasan, bukan alasan untuk menghentikan program. Idrus menekankan pentingnya memperhatikan aspek keamanan pangan (food safety) dan kualitas gizi di setiap tahapan MBG.
Tiga Tahap Penting MBG
Idrus menjelaskan, ada tiga tahap utama yang harus benar-benar diperhatikan agar makanan sehat dan aman sampai ke tangan siswa:
- Bahan baku
Kualitas harus terjamin sejak awal. “Hakikat makanan sehat bergizi ada pada bahan bakunya. Setitik saja tercemar, rusaklah semua gizi di dalamnya,” tegas Idrus. - Proses pengolahan
Meski melayani dalam jumlah besar, makanan tidak boleh dimasak asal-asalan. “Jangan karena massal lalu dikelola secara ugal-ugalan. Harus rapi, sehat, dan terstandar,” ujarnya. - Distribusi
Pengemasan dan pengantaran makanan harus tepat waktu. “Bahan baku boleh bagus, dimasak boleh sehat, tapi kalau distribusinya telat hingga basi, bisa jadi racun bagi anak-anak,” jelas Idrus.
Ia menambahkan, ketiga tahap itu sama-sama penting. “Satu titik kelalaian bisa mengubah makanan bergizi jadi racun. Jangan pernah toleran pada ‘nila setitik’,” katanya.
Golkar di Garda Terdepan
Idrus juga menyampaikan bahwa Ketua Umum Partai Golkar, Bahlil Lahadalia, sejak awal menegaskan komitmen partai untuk mendukung penuh program MBG. “Program ini bukan hanya soal makanan gratis, tapi membentuk generasi unggul Indonesia secara berkeadilan dan merata menuju Indonesia Emas 2045,” ujarnya.
Karena itu, Idrus meminta aparat bertindak tegas jika ada pihak-pihak yang “bermain-main” atau menyalahgunakan program ini.
Instrumen Pemberdayaan Ekonomi
Lebih jauh, Idrus menilai MBG tidak boleh dipandang semata sebagai penyedia makanan bergizi gratis untuk anak sekolah. Program ini, katanya, juga bisa menjadi instrumen pemberdayaan ekonomi rakyat.
“Pengelolaan MBG bisa melibatkan UMKM, koperasi, hingga lembaga sosial di desa. Jadi rakyat tidak hanya jadi penerima, tapi juga pelaku aktif. Ini membangkitkan semangat kewirausahaan di daerah,” tegasnya.
Catatan Kasus Keracunan
Sejak peluncuran pada awal 2025, sejumlah kasus keracunan memang dilaporkan. Salah satunya terjadi di Bandung Barat, di mana belasan siswa mengalami gejala keracunan usai mengonsumsi paket MBG. Data resmi jumlah korban masih diperbarui oleh Kementerian Kesehatan dan instansi terkait.
Meski begitu, Idrus menilai solusi bukanlah menghentikan program. Ia menekankan perlunya evaluasi mendalam, perbaikan regulasi, serta penguatan pengawasan agar MBG tetap berjalan efektif, aman, dan bermanfaat bagi generasi muda Indonesia.
(Anton)