SUARAINDONEWS.COM, Thailand – Pemerintah Thailand mengizinkan penggunaan ganja rami untuk produk makanan dan kosmetik. Kebijakan pemerintah tersebut membuat permintaan terhadap tanaman ganja rami melonjak tajam.
Pemerintah mengadakan pameran di provinsi Buriram di timur laut Thailand selama akhir pekan untuk memberikan pengetahuan dan sosialisasi kepada masyarakat terkait penggunaan ganja rami.
Dalam konvensi tersebut, para pengunjung dapat mencicipi mie, es krim, dan minuman dari bahan ganja rami. Tanaman rami adalah varietas ganja yang memiliki konsentrasi CBD lebih tinggi, bahan non-psikoaktif dalam ganja, dan kadar tetrahidrocannabinol (THC) yang lebih rendah.
“Ganja (marijuana) adalah bintang yang sedang naik daun dan dapat memperbaiki kualitas hidup dan meningkatkan pundi-pundi uang masuk ke dompet kita,” ujar Direktur Kesehatan Masyarakat Buriram, Withid Sarideechaiko.
“Ini akan membawa kualitas hidup yang baik bagi kami dan negara,” kata Withid Sarideechaikoo menambahkan.
Thailand telah mendorong ganja sebagai tanaman komersial dan bahan pembuat obat. Organisasi Farmasi Pemerintah akan membeli satu kilogram ganja dengan kadar 12 persen CBD atau bahan non-psikoaktif seharga 45 ribu baht atau 1.500 dolar AS.
Masyarakat yang ingin menanam ganja harus membentuk kelompok yang terdiri dari tujuh orang. Apabila kelompok itu telah terbentuk, maka mereka dapat mendirikan perusahaan desa dan meminta izin dari pemerintah untuk menanam ganja.
Thailand memiliki tradisi menggunakan ganja untuk menghilangkan rasa sakit dan kelelahan. Thailand melegalkan ganja untuk penggunaan medis dan penelitian pada 2017, sebagai upaya untuk meningkatkan pendapatan pertanian.
“Dalam pola pikir orang Thailand, mie kuah dengan daging sapi harus ditambah dengan ganja,” kata pemilik kedai mie Sitthichan Wutthiphonkun.
“Hal ini (ganja) tidak hanya akan meningkatkan bisnis restoran kami, tetapi juga akan mendorong perekonomian secara keseluruhan. Orang akan ingin mencobanya dari makanan hingga kosmetik,” ujar Sitthichan Wutthiphonkun. (wwa)
Sumber: Reuters