Ampibabo, Parigi Moutong-Kegiatan Forum Perdamaian dan Festival Pranata Adat ini dimaksudkan untuk memperkokoh persatuan dan kesatuan bangsa. Dan Pranata Adat bertujuan agar semakin menumbuhkembangkan kecintaan keragaman budaya yang dikemas dalam Bhinneka Tunggal Ika.
Demikian dikemukakan Hasrul Edyar, S.Sos MAP, Direktur Penanganan Daerah Paska Konflik, Direktorat Jenderal Pengembangan Daerah Tertentu (Ditjen PDTu), Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi (Kemendes PDTT) saat membuka kegiatan penguatan Pranata Adat di Kabupaten Parigi Moutong, Provinsi Sulawesi Tengah, (9/4).
Kabupaten Parigi Moutong, lanjutnya adalah Kabupaten yang luar biasa, karena masyarakatnya walaupun berbeda suku, agama, dan ras tetapi bersatu hidup dalam kedamaian dan ketentraman. Kegiatan pun berlangsung meriah dengan menggusung tema Beragam Adat dan Budaya Perekat Pemersatu Membangun Bangsa, yang dihelat di Lapangan Kecamatan Ampibabo, Kabupaten Parigi Moutong, yang sekaligus bagian dari rangkaian peringatan hari ulang tahun Kabupaten Parigi Moutong ke-17 (pada 10 April 2019, red).
Direktur Penanganan Daerah Paska Konflik, Hasrul Edyar pun sangat bangga dan terharu dengan Pemerintah Daerah Kabupaten Parigi Moutong yanga masyarakatnya hidup damai bergandengan tangan membangun Kabupaten Parigi Moutong.
“Keberhasilan Pemerintah Daerah dan Pemerintah Desa dalam meningkatkan pembangunan berkelanjutan tergantung kekompakan dan kerja sama seluruh elemen masyarakat dan Pemerintah. Dan melalui kegiatan Festival Pranata Adat untuk Perdamaian ini diharapkan dapat mewujudkan dan mengaktifkan kembal forum diskusi desa untuk mewujudkan ketahanan sosial maupun ketahanan ekonom,” tambah Hasrul Edyar.
Sementara itu, Bupati Parigi Moutong, H.Samsurizal Tombolotutu, selain menyambut hangat jajaran Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi yang diwakili Direktur Penanganan Daerah Pasca Konflik Dirjen PDTu, Kemendes PDTT. Selanjutnya memaparkan bahwa Kabupaten Parigi Moutong mempunyai beragam adat budaya yang selalu hidup rukun dan damai.
“Parigi Moutong itu luar biasa, walaupun berbeda beda agama dan etnis, Parigi Moutong bisa menjadi barometer Indonesia, walaupun berbatasan dengan daerah konflik tetapi tidak terpengaruh. Inilah kerukunan Parigi Moutong, ” tegasnya.
Kegiatan Festival Pranata Adat Budaya untuk Perdamaian diakhiri dengan peninjauan stand pameran Organisasi Perangkat Daerah (OPD) dan Pameran BUMDes. Disamping kegiatan penguatan Pranata Adat, Ditjen PDtu juga memberikan fasilitasi berupa Forum Perdamaian dan Revitalisasi Sarana Olahraga Desa di Kabupaten Parigi Moutong.
Sukses gelaran kegiatan penguatan Pranata Adat ini, kelanjutan dari kegiatan serupa di Kabupaten Sumbawa, Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB), pada akhir Maret 2019 lalu. Seperti diketahui pula, Kabupaten Parigi Moutong merupakan 1 (satu) dari 24 Kabupaten yang menjadi lokus Direktorat Jenderal Pengembangan Daerah Tertentu (Ditjen PDTu) Kemendes PDTT dalam bidang Penanganan Konflik Sosial pada tahun 2019 ini. Sebelumnya Kabupaten Buru, Kabupaten Jeneponto, dan Kabupaten Sumbawa telah menerima fasilitasi Penanganan Konflik Sosial dari Ditjen PDTu.
Melalui Festival Pranata Adat dan Budaya, pertanda bahwa Parigi Moutong dapat menjaga persatuan dan kesatuan serta melestarikan budaya dengan mengedepankan kearifan lokal. Kearifan lokal dapat menunjang banyaknya prestasi yang ditonjolkan oleh Kabupaten Parigi Moutong. Kabupaten ini sangat subur, sangat mandiri. Saya yakin dan percaya Kabupaten ini akan lebih maju di masa yang akan datang, pungkas Hasrul Edyar.
“Kami berjanji akan menyebarkan ke seluruh nusantara bahwa Parigi Moutong luar biasa. Kami akan sampaikan, datanglah ke Parigi Moutong disana sangat indah, dan ini bisa jadi familiar karena Parigi Moutong keanekaragamanannya sungguh menakjubkan”, ujarnya mantan Wakil Bupati Simeuleu, pulau kecil di Provinsi Aceh itu.
(pung; foto dok