SUARAINDONEWS.COM, Jakarta-Peringatan Hari Anak Nasional 2017 telah memasuki hari kedua, Kamis (20/7). Acara FAN 2017 ini memiliki tujuan untuk mewujudkan gerakan anak pelopor dan pelapor di Indonesia yang diharapkan dapat menginspirasi dan mendorong peserta sebagai penggerak perubahan di daerahnya masing-masing.
Acara ini bertempat di Ballroom Labersa Hotel dan Convention, Pekanbaru,Riau. Sejak pukul 5 pagi baik peserta anak maupun peserta pendamping telah melalui sejumlah agenda. Kegiatan diawali dengan ibadah sholat subuh berjamaah dan mendengarkan pemaparan tata tertib serta peraturan selama FAN 2017 berlangsung. Setelahnya, peserta diajak untuk saling mengenal satu sama lain dalam agenda sahabat seribu suku dilanjutkan mengikuti diskusi panel.
Mendapat perhatian yang besar dari peserta,diskusi panel diisi oleh sejumlah narasumber yang membawakan materi menarik dan menginspirasi. Seperti Revolusi Mental oleh Harod Rahmad Novandi dari Kementerian Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Kemenko PMK),Sejarah Bangsa Indonesia yang dibawakan oleh Herawati Sudoyo dari Lembaga Eijkman,Pencegahan Korupsi oleh Ramadhoni dari Komisi Pemberantasan Korupsi(KPK),dan ditutup oleh Stanley Adi Prasetyo dari perwakilan Dewan Pers dan Seto Mulyadi Ketua Lembaga Perlindungan Anak Indonesia. Respon positif terlihat saat sesi tanya jawab,dengan banyaknya pertanyaan-pertanyaan yang muncul dari peserta.
“Diskusi mengenai pencegahan korupsi paling menarik menurut saya. Kita ditantang bagaimana melawan dan mencegah korupsi sejak dini. Saya dan teman-teman peserta juga salut dengan kegiatan Forum Anak Nasional tahun ini,panitia mengemas acara dengan menarik,lebih teratur dan penuh persiapan,”ujar Muhammad Farhan Azis perwakilan dari Forum Anak Sulawesi Selatan di sela kegiatan.
Di waktu yang sama,peserta pendamping juga menghadiri diskusi panel dengan tema Perlindungan Anak dan Tumbuh Kembang Anak. Dintaranya,materi mengenai anak berhadapan dengan hukum,pencegahan kekerasan terhadap anak,anak berkebutuhan khusus, perlindungan anak dalam situasi darurat dan pornografi,yang dibawakan langsung oleh sejumlah narasumber dari Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (Kemen PPPA).
“Harapan saya,pada FAN 2017 ini adalah dihasilkan suatu rekomendasi dari suara anak dalam pemenuhan hak berpartisipasi yang bisa disampaikan kepada pemerintah, jadi pada acara puncak sebaiknya dibacakan kepada Presiden. Sebab,Forum Anak Nasional menjadi wadah bagi perwakilan anak yang membawa pesan-pesan anak dari daerahnya masing-masing. Anak-anak itu kreatif,penuh semangat dan penuh persatuan,sehingga saya menghimbau kepada seluruh elemen masyarakat,marilah belajar kepada anak-anak Indonesia yang diwakili oleh Forum Anak Nasional ini,” Ujar Seto Mulyadi ditemui secara terpisah usai diskusi panel pada Kegiatan FAN 2017.(Git/Hms)