SUARAINDONEWS.COM, Jakarta — Industri film Indonesia kini tengah jadi perhatian media internasional. Situs teknologi global Rest of World menulis, film Indonesia mulai naik kelas berkat pemanfaatan teknologi Artificial Intelligence (AI) atau kecerdasan buatan.
Teknologi seperti Sora dan ChatGPT dari OpenAI, serta Veo milik Google, kini banyak digunakan oleh pembuat film di Indonesia. Tujuannya, agar proses pembuatan film lebih cepat, efisien, dan hasilnya lebih berkualitas — meski dengan anggaran yang jauh lebih kecil dibanding Hollywood.
AI Buka Peluang Baru untuk Sineas Indonesia
Dosen film dan animasi Universitas Multimedia Nusantara (UMN), Bisma Fabio Santabudi, menyebut perkembangan AI membuat sineas Indonesia punya peluang besar untuk berkreasi tanpa hambatan biaya.
“Sekarang Indonesia berada di titik kritis, karena kita sudah punya akses ke AI,” ujar Bisma dikutip dari Rest of World, Senin (13/10/2025).
“Dengan Sora 2, pekerja kreatif bisa bereksperimen lebih luas tanpa harus keluar biaya besar,” tambahnya.
Namun, Bisma juga mengingatkan dampak negatifnya. Menurutnya, kemajuan AI bisa menggeser beberapa pekerjaan kreatif seperti penulis naskah dan seniman efek visual (VFX).
Dari Hollywood sampai Jakarta, AI Jadi Asisten Baru
Seniman efek visual asal Indonesia yang bekerja untuk produksi Hollywood, Amilio Garcia Leonard, mengaku menggunakan AI untuk mempercepat proses pembuatan efek visual.
“AI mempercepat pekerjaan saya hingga 70 persen,” ujarnya.
“Kita tidak seharusnya takut pada AI, tapi menjadikannya teman kerja untuk meningkatkan kemampuan dan hasil produksi.”
Sementara itu, seniman VFX dari studio Visualizm Jakarta, Maximillian Budihardjo, menyebut AI sebagai “asisten kerja”, bukan pengganti manusia.
“AI saya gunakan untuk tahap awal penyuntingan. Tapi hasil akhirnya tetap saya poles manual,” katanya.
Menurutnya, gambar hasil AI kadang terlihat tidak masuk akal karena tampak terlalu sempurna dan bisa langsung dikenali.
Netflix dan Disney+ Sudah Pakai AI
Penggunaan AI ternyata juga sudah diterapkan di film dan serial luar negeri.
Serial Secret Invasion dari Disney+ menggunakan AI untuk pembuka film, sementara Netflix memanfaatkan AI dalam produksi film The Eternaut.
Di Indonesia, sineas muda juga mulai bereksperimen. Salah satunya lewat film pendek “Nusantara”, yang sukses meraih penghargaan dokumenter terbaik di ajang European AI Film Awards 2025.
Film ini sepenuhnya dibuat dengan bantuan AI dan menampilkan kisah pahlawan legendaris Nusantara abad ke-14.
AI Bikin Film Indonesia Lebih Kompetitif
Ketua Asosiasi Produser Film Indonesia (APFI), Agung Sentausa, menilai penggunaan AI bisa membuat film Indonesia semakin kompetitif di kancah global.
“Industri film kita terbuka terhadap kemudahan yang ditawarkan AI,” kata Agung.
“Dengan anggaran sekitar Rp10 miliar per film, atau kurang dari 1 persen anggaran film Hollywood, AI bisa menjembatani kesenjangan itu.”
Menurut Agung, AI bisa membantu produser lokal menghasilkan film berkualitas tinggi dengan biaya yang lebih efisien.
Festival Film AI di Bali Jadi Magnet Dunia
Indonesia bahkan sudah menggelar Festival Internasional AI Bali untuk pertama kalinya tahun ini.
Menurut penyelenggaranya, Ben Makinen, seorang sineas asal Amerika, festival tersebut menerima 25 film dari berbagai negara.
“AI berkembang cepat sekali. Hanya beberapa bulan kemudian, edisi kedua festival menerima 86 film,” kata Makinen.
Namun, ia menegaskan bahwa sineas AI terbaik tetap harus punya dasar perfilman tradisional.
“AI hanyalah alat, bukan pengganti kreativitas manusia,” ujarnya.
AI dan Masa Depan Perfilman Indonesia
Perkembangan AI membawa dua sisi bagi industri film Tanah Air. Di satu sisi, teknologi ini bisa memangkas biaya dan membuka peluang ide-ide baru. Di sisi lain, muncul kekhawatiran soal hilangnya pekerjaan dan orisinalitas karya seni.
Namun, banyak kalangan optimistis bahwa AI justru akan menjadi “mitra baru” para pekerja kreatif Indonesia, untuk melahirkan karya yang mampu bersaing di panggung dunia.
(Anton)