SUARAINDONEWS.COM, Jakarta-Presiden Joko widodo dalam Rapat Terbatas tentang penataan Administrasi Kependudukan, pasca Putusan Mahkamah Konstitusi, di kantor Presiden Jakarta, 4 April 2018, menegaskan bahwa Putusan MKRI mengenai pencantuman status penganut kepercayaan Terhadap Tuhan Yang Maha Esa pada KTP dan Kartu Keluarga bersifat final dan mengikat.
Hal hasil, pemerintah berkewajiban untuk menjalankan keputusan tersebut. Begitu juga dengan Kemendikbudristek. Terus berupaya memfasillitasi dan mempercepat pelayanan bagi masyarakat penghayat kepercayaan untuk mendapatkan hak-haknya sebagai warganegara dan tanpa diskriminasi.
Direktorat Jenderal Kebudayaan, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi Republik Indonesia, bekerjasama dengan Pemerintah Provinsi Jawa Tengah dan Pemerintah Kota Surakarta menyerahkan Kartu Tanda Penduduk dengan kolom Agama Kepercayaan secara simbolis kepada penghayat kepercayaan di Solo Raya (Kota Surakarta, Boyolali, Sukoharjo, Karanganyar, Wonogiri, Sragen dan Klaten).
Acara ini digelar pada pembukaan Festival Budaya Spiritual, di Balaikota Surakarta, Jawa Tengah, Senin (17/7/2023). Kemudian apa alasan utama, Kemendikbudristek RI bekerjasama dengan pihak pemerintah daerah menggelar acara festival budaya ini?
Terkait hal itu, Direktur Jenderal Kebudayaan, Kemendikbudristek, Hilmar Farid mengemukakan alasanya, salah satunya adalah akses terhadap layanan pendidikan.
Hal itu, ujarnya merujuk pada Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 27 Tahun 2016 Tentang Layanan Pendidikan Kepercayaan Terhadap Tuhan Yang Maha Esa pada Peserta Didik Penghayat di Satuan Pendidikan serta Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 10 Tahun 2014 Tentang Pedoman Pelestarian Tradisi.
“Dengan pelaksanan kebijakan ini, kita sedang menegakan hak-hak seluruh lapisan masyarakat. Harapannya agar semua komponen bisa berkontribusi memajukan negara kita. Inilah landasan budaya spiritual,” urai Hilmar Farid.
Dirinya mengapresiasi upaya Pemerintah Surakarta yang dinilai telah berhasil menjadi contoh praktik yang baik dan membuktikan sebagai ujung tombak toleransi di Indonesia.
“Semoga capaian baik yang sudah dilakukan bisa menginspirasi daerah lain dalam menjadikan budaya spiritual dan leluhur kita sebagai landasan dan bekal bagi masa depan untuk mawas diri,” selorohnya.
Festival Budaya Spritual yang bertemakan “Rembug Sedulur Sepuh” dirancang untuk membangun kesamaan pandangan terhadap perwujudan budaya spiritual yang terdiri atas kesadaran budaya, mental, dan spiritual.
Kegiatan ini berpusat di Balaikota Surakarta pada tanggal 1 hingga 19 Juli 2023.
Surakarta dipilih menjadi lokasi Festival Budaya Spiritual, karena secara aktif dan masif mempromosikan tradisi dan budaya dengan pendekatan inklusif. Laporan Indeks Kota Toleran tahun 2022 yang dilakukan oleh SETARA Institute, juga menunjukan bahwa Surakarta merupakan salah satu kota yang memiliki tingkat toleransi yang baik.
Sedangkan Wakil Walikota Surakarta, Teguh Prakosa, pada acara festival tersebut menyambut baik acara ini. Teguh berkesempatan memberikan pandangan bahwa terdapat dua pesan dari acara ini.
Pertama, kita dapat hidup berdampingan dengan damai dalam masyarakat yang beragam. Sedangkan kedua, pemerintah daerah dapat memberikan layanan terbaik kepada seluruh warganya, sehingga hak-hak sipil seluruh masyarakat dapat terjamin. Termasuk di dalamnya kebebasan dalam menjalankan ritual.
Sementara itu, Wakil Gubernur, Jawa Tengah, Taj Yasin Maimoen, menyampaikan apresiasinya karena Festival Budaya Spiritual dapat mengasah jiwa toleransi.
“Mari kita jadikan rasa toleransi itu sebagai landasan untuk menggalang persatuan, kesatuan, gotong royong dan menjaga keutuhan NKRI. Terimakasih kepada Pemda yang ikut andil dan masyarakat yang mengagendakan acara ini,” sambut Taj Yasin Maimoen.
Seperti diinformasikan panitia penyelenggara, kegiatan festival budaya ini mengemas praktik baik tradisi perayaan Bulan Suro dan diikuti oleh 500 orang penghayat. Diawali dengan Napak Tilas Spiritual, Umbuk Donga, Sarasehan Kebudayaan, Kirab Suro, Ruwatan Sukerto dan Pagelaran Wayang Kulit.
Kesemuanya dimeriahkan dengan ekspresi budaya, kesenian tradisional dan tradisi tumpeng, serta pameran budaya oleh penghayat dan produk usaha mikro kecil menengah (UMKM) lokal. Wah, memang Kota Surakarta sarat dengan kota budaya nih…. (Ahmad Djunaedi)