SUARAINDONEWS.COM, Jakarta – Pengamat Haji, Ade Marfuddin, mengungkapkan sejumlah catatan penting terkait pelaksanaan ibadah haji tahun 2024 atau 1445 Hijriyah. Dalam diskusi bertema ‘Evaluasi dan Catatan Penyelenggaraan Ibadah Haji’ yang berlangsung di Gedung Nusantara I DPR RI, Senayan, Jakarta pada Kamis (20/6/24), Ade menyoroti beberapa masalah serius yang terjadi selama pelaksanaan haji.
Kondisi di Mina dan Muzdalifah
Ade menyoroti kondisi di Mina dan Muzdalifah sebagai isu utama yang dihadapi tahun ini. Ia menyebutkan bahwa kepanasan di Muzdalifah dan ketidakcukupan fasilitas di Mina menjadi masalah serius yang perlu segera ditangani.
“Mina dan Muzdalifah menjadi perhatian utama kami. Kepanasan di Muzdalifah dan kekurangan fasilitas di Mina, seperti tenda yang terlalu penuh dan jumlah toilet yang tidak memadai, memerlukan penanganan segera,” ungkap Ade.
Overload Kapasitas dan Fasilitas Tidak Memadai
Ade juga mengkritisi kapasitas tenda dan fasilitas yang tidak sebanding dengan jumlah jamaah. Menurutnya, tenda berukuran 120 meter yang diisi oleh 160 orang serta 500 orang yang harus antri menggunakan 20 toilet adalah situasi yang sangat tidak ideal.
“Kita harus memastikan kuantitas jamaah sebanding dengan fasilitas yang tersedia. Kapasitas tenda dan jumlah toilet harus ditingkatkan untuk menghindari ketidaknyamanan jamaah,” katanya.
Diplomasi dan Pengelolaan Kuota Jamaah
Ade menekankan pentingnya diplomasi antara pemerintah Indonesia dan Arab Saudi dalam mengelola kuota jamaah haji. Ia mengingatkan agar tidak serakah meminta kuota tambahan tanpa memperhatikan kapasitas di Mina.
“Perlu kesamaan pandangan antara pemerintah Indonesia dan Arab Saudi dalam mengelola kuota jamaah. Jangan meminta kuota tambahan jika kapasitas Mina tidak memadai,” tegas Ade.
Masalah Visa Haji dan Penempatan Jamaah
Masalah lain yang disorot oleh Ade adalah penggunaan visa haji yang tidak transparan dan penempatan jamaah di tenda-tenda yang tidak sesuai. Ia menyebut bahwa ketatnya pemeriksaan visa haji tahun ini, yang dipengaruhi oleh situasi geopolitik di Timur Tengah, turut mengganggu kenyamanan jamaah.
“Ada juga masalah visa haji yang sangat ketat diperiksa tahun ini, yang tidak lepas dari geopolitik di Timur Tengah, mengganggu kenyamanan jamaah haji kita,” tambahnya.
Kebijakan Penggunaan Mina Jadid
Ade juga mengkritik keputusan pemerintah untuk tidak menggunakan Mina Jadid, yang dinilainya berdampak pada penumpukan jamaah di Mina lama. Menurutnya, langkah ini seharusnya bisa dihindari dengan perencanaan yang lebih matang.
“Langkah berani pemerintah tidak menggunakan Mina Jadid tahun ini berdampak pada penumpukan jamaah di Mina lama, yang seharusnya dapat dihindari,” ujarnya.
Reformasi dan Perbaikan Manajemen Haji
Di akhir pernyataannya, Ade menekankan pentingnya reformasi dan perbaikan manajemen haji secara menyeluruh. Ia berharap DPR dapat memberikan catatan khusus dan melakukan evaluasi terhadap pelaksanaan haji tahun ini.
“Saya menyesalkan buruknya pelayanan jamaah haji di Mina. Ini harus menjadi perhatian serius dan mendukung langkah-langkah DPR dalam melakukan evaluasi secara menyeluruh,” pungkasnya.
Dengan berbagai catatan dan evaluasi ini, diharapkan pelaksanaan ibadah haji di masa mendatang dapat berjalan lebih baik dan memberikan kenyamanan maksimal bagi para jamaah.
(Anton)