SUARAINDONEWS.COM, Jakarta – Inilah film horor suspend karya Titah Citra Kreasi bertajuk “Eva: Pendakian Terakhir” besutan Sutradara Dedi Mercy yang sejak awal film ditayangkan hingga akhir sarat dengan misteri di sebuah Desa Siluman di sebuah gunung yang berada di Makassar, Sulawesi Selatan.
Lewat gala premiere yang digelar di Epicentrum, Kuningan (8/1/2024) ini, Produser Eksekutif, Anwar A. Mattawape, menjelaskan bahwa film yang penuh kearifan lokal serta sarat kebudayaan masyarakat yang berada di puncak sebuah gunung itu digambarkan dengan penuh suasana mistis penuh ketegangan.
“Eva: Pendakian Terakhir” yang terinspirasi dari sebuah kisah misteri di Makassar tersebut, justeru disetting apik di sebuah kawasan di Gunung Kidul, Yogyakarta. Menjadi kisah horor dan mistis dari pengamalan Eva bersama teman – teman Mapala – nya.
Adegan demi adegan pun digarap penuh ketegangan lewat peran peran apik yang dimainkan Rustam Sang Dukun, Eva (Bulan Sutena) bersama sang pacar Pasha (Keisha Alvaro), Tentri sang puteri Dukun Rustam, Axel Mathew Thomas (Joddy) yang berperan bagus, juga Ilham Adji Santoso serta Azhira Zamita. Tentunya tak terlepas dari arahan yang diberikan Susilo Badar selaku Akting Coach selama reading maupun shooting film berlangsung.
Produser Eksekutif, Anwar A. Mattawape, berharap tidak hanya menjadi hiburan, tetapi menjadi pintu untuk membuka kesadaran tentang hubungan manusia dengan alam, serta pentingnya merawat budaya yang sarat nilai-nilai kearifan lokal, ujar Anwar, yang juga seorang aktivis pencinta alam.
Sebagai pecinta alam tentunya hal yang mutlak untuk menghormati dan menghargai kearifan serta budaya lokal masyakarat setempat, dan mematuhi segala pantangan dan larangannya, jika tak mau terjebak dalam dunia lain seperti berada di Desa Siluman dengan segala konsekuensinya, hingga hilangnya sebuah nyawa bila dilanggar.
Menurut Anwar, meskipun kisah ini terinspirasi dari kejadian nyata di Sulawesi Selatan, ia menilai adanya kesamaan tradisi dan budaya dalam menghormati alam dimanapun kita berada. Hal ini menunjukkan bahwa kisah di film ini bersifat universal dan bisa menimpa siapa saja.
Film Eva: Pendakian Terakhir bakal dirilis di bioskop 16 Januari 2025 mendatang. Selain konon ada acara nonton bareng (nobar) yang diadakan di Makassar pada 18 Januari 2025, yang menghadirkan pendaki, aktivis lingkungan, influencer, dan penggiat media sosial, dan sejumlah tokoh masyarakat.
Selain nobar, akan ada pula talkshow yang melibatkan anak muda. “Film ini melibatkan banyak anak muda, dan kami berharap generasi muda terinspirasi untuk lebih peduli pada lingkungan dan budaya,” kata Anwar.
Eva: Pendakian Terakhir
Mengisahkan perjalanan Eva (diperankan oleh Bulan Sutena), seorang perempuan yang tengah berduka atas kehilangan ibunya. Dalam upaya menghibur Eva, sahabatnya, Pasha (Keisha Alvaro), mengajaknya mendaki sebuah gunung di Sulawesi Selatan yang konon terkenal karena kisah mistisnya.
Namun, pendakian berubah menjadi pengalaman menegangkan ketika Eva mendadak menghilang dan terjebak di dimensi lain, dihantui oleh sosok mengerikan.
Selain hadirnya, tokoh Tentri yang memendam pengalaman traumatis di masa kecilnya dimana bapaknya yang seorang dukun harus tewas mati terjatuh di sebuah lubang gua. Tentri pun menjadi gadis dewasa yang secara psikologis terganggu lalu dipasung di hutan, namun masih menyimpan dendam atas kematian Bapaknya yang dituduh sebagai seorang Dukun Desa.
Di penghujung Film Eva: Pendakian Terakhir, Pasha pun harus mati terjatuh di lubang gua dimana Dukun Rustam bapaknya Tentri juga mati mengenaskan disana.
Pengalaman Berharga
Bulan Sutena, pemeran Eva, mengaku ini film keempatnya. Dirinya tertarik memerankan karakter ini karena tema pendakian dan alam yang relevan dengan dirinya. Ia juga berbagi pengalaman mistis selama proses syuting di Gunung Kidul, Yogyakarta.
“Dalam salah satu adegan, saya benar-benar tertidur tanpa sadar. Kru mengatakan ada penampakan yang mengendus wajah saya. Itu jelas pengalaman yang tak terlupakan. Meski lelah karena syutingnya malam hingga pagi, tapi dirinya senang karena semuanya seru dan penuh kekeluargaan,” ungkap Bulan Sutena.
Niken Septikasari pun menegaskan bahwa 60 persen shooting film ini digarap pada malam hari. Sedangkan terkait pilihan nama Pasha untuk Keisha Alvaro, semata untuk lebih mempermudah saja, selain cocok dengan karakter Alvaro yang tengil tapi baik hati itu.
Sementara bagi Keisha Alvaro tantangan justeru datang dari Susilo Badar acting coach yang memberinya challenge untuk mendalami karakternya di film ini untuk bisa menjadi seseorang yang tengah benar benar jatuh cinta pada Eva. Tantangan itupun bisa dijawabnya sebelum riding hingga usai shooting film ini.
Terakhir, Azihra Zamita justeru mengalami peristiwa horor justeru di hari – hari terakhir shooting. Bahkan menjadi pengalaman horor yang berbeda dibanding ketiga film horor yang pernah dimainkannya. Dimana saat tengah duduk di tenda yang gelap. Bu Dede salah satu pemeran film tiba tiba menangis, yang ternyata kesurupan. Nangisnya pun nggak selesai-selesai. Dan saat divideokannya ternyata tak bisa ditontonnya kembali. Sebuah pengalaman aneh tapi nyata bagi dirinya.
Dan Eva pun berhasil di evakuasi oleh Tim SAR, namun Eva memberikan gerakan misterius dengan menempatkan jari telunjuknya di depan bibir sebagai tanda untuk “Diam” … entah pertanda apa …
Anwar menjelaskan bahwa simbol ini mengajarkan manusia untuk tidak gaduh saat berada di alam, dengan terus menyerap nilai-nilai tradisi dan kearifan budaya lokal dari masyarakat gunung didalamnya, dimanapun mereka berada. Untuk tidak merusaknya secara langsung maupun tak langsung.
“Kami ingin mengedepankan sebuah pesan etika budaya. Bahwa ini larangan. Ini bukan sekadar tabu, tetapi inilah cara masyarakat gunung untuk menjaga ekosistemnya,” tukas Anwar, yang juga founder Titah Synergi ini.
Lantas … Sssst … Eva Benarkah Ini Pendakian Terakhir Mu … !?
***