SUARAINDONEWS.COM, Jakarta — Anggota DPR RI Komisi VI menyoroti kinerja PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk. (GIAA) yang hingga kini belum bisa memberikan dividen kepada negara. Kritik keras salah satunya datang dari anggota Komisi VI, Rieke Diah Pitaloka.
Menurut Rieke, kontribusi perusahaan pelat merah seharusnya bukan hanya berupa setoran pajak, melainkan juga dividen sebagai bentuk keuntungan bagi pemegang saham negara.
“Kalau pajak semua bayar pajak, itu bukan keberhasilan mengelola perusahaan. Perusahaan swasta, tukang cilok pun kena bayar pajak,” ujar Rieke saat rapat dengan manajemen Garuda Indonesia di Gedung DPR, Senin (22/9).
Rieke meminta manajemen Garuda untuk memaparkan detail kontribusi perusahaan, termasuk besaran pajak, Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP), hingga rencana dividen. Ia menegaskan, sejak Maret 2025, dividen BUMN tidak lagi masuk langsung ke kas negara, melainkan dikelola oleh Danantara Aset Manajemen untuk diputar kembali demi hasil investasi yang lebih cepat.
Belum Pernah Beri Dividen Sejak IPO
Kritik serupa juga disampaikan anggota Komisi VI Abdul Hakim Bafagih. Ia menyoroti fakta bahwa sejak Garuda Indonesia melantai di Bursa Efek Indonesia (BEI) melalui IPO, perusahaan belum sekalipun membagikan dividen kepada pemegang saham.
“Saya cek sejak Garuda IPO sampai sekarang belum pernah kasih dividen,” ungkap Abdul Hakim.
Meski begitu, ia tetap menilai Garuda penting untuk dipertahankan sebagai ikon penerbangan nasional. Hanya saja, perbaikan internal dinilai mendesak agar perusahaan tidak terus bergantung pada bantuan eksternal.
Dana Segar Belum Cukup
Selama beberapa tahun terakhir, Garuda Indonesia telah menerima berbagai suntikan dana, mulai dari:
- Pelepasan saham di pasar modal: Rp 4,75 triliun
- Penyertaan Modal Negara (PMN): Rp 7,5 triliun
- Dukungan dari Danantara: Rp 6,65 triliun
Namun, menurut Abdul Hakim, bantuan keuangan tersebut tidak akan banyak berarti tanpa adanya perubahan fundamental di tubuh Garuda.
“Perbaikan tidak bisa dari luar. Yang bisa perbaiki adalah insan Garuda sendiri, mau enggak berbenah? Perbaikan kultur enggak ada di paparan, padahal itu kunci penting,” pungkasnya.
(Anton)