SUARAINDONEWS.COM, Jakarta – Komite II Dewan Perwakilan Daerah Republik Indonesia (DPD RI) melakukan sidak ke Kupang, Nusa Tenggara Timur (NTT) untuk mengawasi implementasi Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2014 tentang Perkebunan dan perubahannya dalam Undang-Undang Cipta Kerja.
Pertemuan ini dihadiri oleh Gubernur NTT Emanuel Melkiades Laka Lena, Wakil Gubernur, jajaran pejabat Pemprov NTT, perwakilan kabupaten/kota, serta sejumlah rektor dan direktur perguruan tinggi. Turut hadir Kementerian Pertanian dan Badan Pertanahan Nasional (BPN) NTT.
🔎 Apa yang dibahas?
✔️ Hilirisasi produk perkebunan di NTT masih lemah.
✔️ Tantangan pertanian modern dan adopsi teknologi.
✔️ Konflik lahan dan status tanah ulayat.
✔️ Masa depan generasi muda di sektor perkebunan.
🚀 Gubernur NTT: “Harus Pakai Teknologi Canggih!”
Dalam sambutannya, Gubernur NTT Emanuel Melkiades Laka Lena menyoroti bahwa sektor perkebunan punya kontribusi besar buat ekonomi NTT. Tapi ada satu PR besar: produktivitasnya masih rendah.
💬 “Saya berharap budidaya perkebunan bisa mengadopsi teknologi modern agar pengelolaannya lebih baik,” kata Gubernur Emanuel.
Tak cuma itu, dia juga menekankan pentingnya hilirisasi produk perkebunan agar NTT nggak cuma jadi “pemasok bahan mentah” ke luar daerah.
💬 “Peran kelompok petani harus ditingkatkan. Jangan cuma mengelola kebun, tapi juga harus bisa mengolah hasilnya sebelum dijual,” tambahnya.
🧐 Senator NTT: “NTT Beda! Perkebunan Rakyat Harus Didukung!”
Angelius Wake Kako, Wakil Ketua Komite II DPD RI, menegaskan bahwa perkebunan di NTT berbeda dengan daerah lain. Kalau di tempat lain banyak yang dikelola korporasi besar, di NTT perkebunan didominasi oleh rakyat.
💬 “Banyak hasil perkebunan NTT yang diekspor dalam bentuk mentah. Ini harus diubah! Hilirisasi harus jadi prioritas,” tegas Angelius.
💡 Artinya? Produk dari NTT harus diolah dulu biar punya nilai tambah lebih tinggi sebelum dijual ke luar negeri.
🤔 Tantangan Perkebunan di NTT: Tua, Bergantung pada Alam, dan Kurang Diminati Anak Muda
Menurut Kepala Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan (DPKP) NTT, ada beberapa masalah besar yang bikin sektor perkebunan di NTT jalan di tempat:
❌ Tanaman sudah tua.
❌ Lahan kurang dikelola dengan intensif, masih bergantung pada cuaca.
❌ Generasi muda kurang tertarik ke sektor perkebunan.
💬 “Kami sudah memetakan komoditas unggulan seperti kopi, kakao, dan lainnya. Tapi kalau masalah ini tidak diatasi, sektor perkebunan akan sulit berkembang,” ungkapnya.
🚫 Gak Ada Sawit di NTT, Tapi Kemiri Berjaya!
Menariknya, meski sawit jadi primadona di berbagai daerah, di NTT justru tidak ada perkebunan sawit. Menurut Kepala BPN NTT, komoditas terbesar di NTT adalah kemiri.
💬 “Kelapa sawit yang jadi perhatian nasional, justru tidak ada di sini. Di NTT, kemiri yang paling dominan,” jelasnya.
🔥 Konflik Lahan & Tanah Ulayat: NTT Harus Belajar dari Bali!
Beberapa senator juga menyoroti konflik lahan dan tanah ulayat. Salah satunya Senator asal Bali, Ni Luh Putu Ary Djelantik, yang mengingatkan bahwa pengelolaan lahan di NTT harus berhati-hati agar masyarakat lokal tidak dirugikan.
💬 “Jangan sampai kasus tanah di Bali terjadi di NTT! Hak lahan penduduk lokal harus dijaga,” tegasnya.
Sementara itu, Senator R. Graal Taliawo dari Maluku Utara mempertanyakan strategi penanganan konflik agraria di NTT.
💬 “Saya sangat concern dengan pemetaan lahan, karena mendapatkan sertifikat tanah itu tidak mudah,” katanya.
Kepala BPN NTT menjawab bahwa mereka punya bidang khusus untuk menangani sengketa lahan, dan biasanya diselesaikan lewat jalur hukum.
💬 “Kami bertindak sebagai mediator bagi pihak yang bersengketa. Begitulah cara kami menangani konflik tanah di NTT,” ungkapnya.
🚀 Hilirisasi Itu Apa? Senator NTT Beri Penjelasan!
Banyak petani masih bingung dengan istilah hilirisasi. Karena itu, Senator Angelius Wake Kako memberikan contoh sederhana:
💬 “Misalnya kelapa. Kalau hanya dijual sebagai kelapa segar, harganya rendah. Tapi kalau diolah jadi minyak kelapa atau sabun, nilainya jadi lebih tinggi!” jelasnya.
🎯 Tujuan hilirisasi adalah mengolah bahan mentah jadi produk setengah jadi atau barang jadi supaya harganya lebih mahal!
🌱 Kesimpulan: Perkebunan NTT Harus Naik Level!
🔎 Dari hasil sidak ini, ada beberapa PR besar buat sektor perkebunan di NTT:
✅ Harus pakai teknologi modern.
✅ Hilirisasi wajib digencarkan.
✅ Regenerasi petani perlu diperhatikan.
✅ Konflik lahan harus ditangani dengan bijak.
💡 Kalau semua ini bisa diperbaiki, bukan nggak mungkin NTT bakal jadi pusat perkebunan besar dengan produk bernilai tinggi!
👀 Stay Tuned!
Kunjungan kerja ini juga dihadiri oleh Wakil Ketua III Komite II DPD RI La Ode Umar Bonte, serta sejumlah senator dari berbagai daerah. Mereka semua siap mendukung kemajuan sektor perkebunan di NTT!
💬 “NTT punya potensi besar! Tinggal bagaimana kita mengelolanya dengan baik,” kata salah satu anggota DPD RI.
📢 Gimana menurut kalian? Setuju kalau NTT harus fokus ke hilirisasi? Drop pendapat kalian di kolom komentar! 👇🔥
(Anton)