SUARAINDONEWS.COM, Jakarta — Dolar Amerika Serikat (AS) makin kehilangan pamornya. Investor global belakangan mulai memindahkan dananya dari Negeri Paman Sam ke negara-negara berkembang. Imbasnya? Mata uang seperti rupiah pun mendadak tampil perkasa di hadapan si dolar.
Hal ini disampaikan langsung oleh Gubernur Bank Indonesia (BI), Perry Warjiyo, dalam konferensi pers, Rabu (16/7/2025).
“Pelemahan dolar AS terhadap mata uang maju dan mata uang negara berkembang,” ujar Perry, sambil menyiratkan bahwa rupiah kini sedang menikmati angin segar global.
Dalam beberapa waktu terakhir, rupiah memang terlihat menguat. Ini tentu jadi kabar baik, terutama di tengah tekanan global yang kadang naik-turun seperti harga cabai di pasar. Tapi BI tak ingin terlena. Perry menekankan pentingnya tetap waspada.
“Ke depan, kewaspadaan dan respons koordinasi kebijakan yang lebih kuat diperlukan guna memitigasi dampak negatif pasar keuangan global yang masih tinggi,” jelasnya.
BI dan pemerintah, lanjut Perry, akan terus menjaga ketahanan eksternal sembari mendorong pertumbuhan ekonomi dalam negeri. Istilahnya, satu tangan menjaga stabilitas, tangan satunya lagi nyiram pupuk ke ekonomi biar tetap tumbuh.
Lalu kenapa dolar AS melemah? Bukan karena sakit hati atau ditinggal mantan, tapi karena pergeseran aliran modal yang kini mencari tempat lebih menjanjikan—seperti pasar Eropa, negara berkembang, dan aset-aset safe haven seperti emas. Para investor sepertinya sedang main “pindah kelas”, dari dolar ke aset lain yang dinilai lebih worth it untuk ditahan.
Singkatnya, saat investor mulai meninggalkan AS, negara seperti Indonesia justru dapat bonusnya. Tapi seperti kata Gubernur BI: jangan terlalu cepat bersorak. Dunia keuangan bisa berubah cepat—hari ini rupiah strong, besok bisa kangen dolar lagi.
Untuk sekarang, mari kita nikmati dulu momen langka di mana rupiah bisa jalan tegak tanpa minder.
(Anton)