SUARAINDONEWS.COM, Jakarta – Detasemen Khusus 88 Antiteror Polri (Densus 88) menangkap 17 orang terduga jaringan Jamaah Ansharut Daulah (JAD), di Kelurahan Bulurokeng, Kecamatan Biringkanaya, Kota Makassar, Sulawesi Selatan (Sulsel), Rabu (6/1/2021). Dalam penangkapan itu, sebanyak dua orang tewas tertembak dan satu orang terluka tertembak dirawat di Rumah Sakit Bhayangkara.
“Sementara 2 orang meninggal dunia karena pada saat penangkakan keduanya melakukan perlawanan dengan masing-masing menggunakan senjata tajam jenis parang dan senapan angin jenis PCP atas nama MRS (46) dan SA (23),” ujar Kabag Penum Div Humas Polri Kombes Ahmad Ramadhan dalam konferensi pers di Mabes Polri, Jakarta Selatan, Rabu (6/1/2021).
Dikatakan Ramadhan, keterlibatan kedua tersangka yang meninggal dunia bersama dengan ratusan jamaah lainnya menyatakan baiat kepada kilafah atau ISIS. Baiat tersebut dilakukan pada tahun 2015 di Ponpes Arridho Pimpinan ustad Basri yang meninggal di Nusa Kambangan dalam kasus teror.
Mereka juga melakukan kajian khusus pendukung daulah di Villa Mutiara dan Yayasan Arridho di Kelurahan Bulurokeng, Kecamatan Biringkanaya Kota Makassar Provinsi Sulawesi Selatan.
“Saat dilakukan penangkakan kedua pelaku melakukan perlawanan dengan masing-masing menggunakan senjata tajam jenis parang dan senapan angin jenis PCP,” kata Ramadhan.
Hal senada disampaikan Kapolda Sulawesi Selatan Irjen Pol Merdisyam. Kedua terduga teroris berinisial MR (46) dan SA (23), mereka ditembak karena melakukan perlawanan saat hendak ditangkap.
“Telah dilakukan penindakan Densus 88 AT Polri terhadap jaringan pok teroris di perumahan Vila Mutiara Biru Kota Makassar, sebanyak 15 orang, 2 diantaranya meninggal dunia karena melakukan perlawanan dengan inisial MR dan SA,” ujar Merdisam.
Menurut Merdisyam, kedua tersangka bersama dengan ratusan jamaah lainnya menyatakan baiat kepada kilafah atau ISIS pada tahun 2015 di Ponpes Arridho Pimpinan Basri yang meninggal di Nusa Kambangan dalam kasus teror. Mereka juga melakukan kajian khusus pendukung daulah di Villa Mutiara dan Yayasan Arridho.
Kemudian, kata Merdisyam, pada tahun 2016 silam, bersama keluarga hijrah atau bermaksud bergabung dengan organisasi ISIS di Suriah, tapi dapat dibatalkan di bandara Soekarno-Hatta. Mereka juga terlibat dalam pengiriman dana kepada pelaku bom bunuh diri di Katedral Zolo Filipina, dimana pelaku pok jamaah Villa mutiara.
“Mulai bulan Oktober 2020 pok Villa Mutiara secara rutin lakukan latihan menembak dan naik gunung (idad) . Saat dilakukan penangkakan kedua pelaku melakukan perlawanan dengan masing-masing menggunakan senjata tajam jenis parang dan senapan angin jenis PCP,” terang Merdisyam.
“Sebagai fasilitator pelarian Andi Baso yang merupakan DPO Bom Gereja Oukumene Samarinda tahun 2017,” tambah Kabag Penum Div Humas Polri Kombes Ahmad Ramadhan. (wwa)