SUARAINDONEWS.COM, Jakarta – Denny JA yang merupakan konsultan politik ini, menanggapi berita yang saat ini sedang marak terkait pembatasan usia capres dan cawapres. Menurutnya, ada tiga kesalahan jika gugatan itu dikabulkan Mahkamah Konstitusi (MK). Gugatan yang muncul tersebut yaitu gugatan ke Mahkamah Konstitusi agar usia capres dan cawapres maksimal 65 tahun, lebih dari 65 tahun, dilarang untuk menjadi capres dan cawapres.
Pada kesempatannya Denny JA, menjelaskan kesalahan pertama, jika gugatan mengenai batasan usia tersebut dikabulkan MK. Dirinya memberikan contoh nyata dari Nelson Mandela yang menjadi presiden di atas usia 65 tahun justru menjadi ikon dunia.
“Kesalahan pertama pembatasan maksimal usia capres- cawapres 65 tahun mengabaikan fakta sejarah. Ada contoh nyata seperti kasus Nelson Mandela yang menjadi Presiden yang usianya di atas 65 tahun saat itu, justru menjadi ikon dunia,” jelas Denny kepada wartawan suaraindonews.com, di Jakarta, Kamis kemarin, (24/08/2023).
Kilas balik disampaikan Denny, Nelson Mandela yang lahir di tahun 1918 tersebut. Pada tahun 1994, dirinya terpilih sebagai Presiden Kulit Hitam Pertama di Afrika Selatan, dan pada saat itu usianya 76 tahun.
“Nelson Mandela yang lahir di tahun 1918 tersebut. Pada tahun 1994, dirinya terpilih sebagai Presiden Kulit Hitam Pertama di Afrika Selatan. Saat pertama kali menjadi presiden, usianya 76 tahun!, terang Denny.
Lebih lanjut, Denny juga mengungkapkan apa yang dia ketahui tentang UNESCO yang sangat menghormati perjuangan Nelson Mandela.
“Bahkan, dirinya dihormati sebagai simbol perjuangan anti diskriminasi rasial tingkat dunia. Sejak tahun 2009, PBB menjadikan hari ulang tahunnya (18 Juli) sebagai hari internasional: Mandela’s Day. Pada saat itu, UNESCO menulis: Kami merayakan Hari Internasional Nelson Mandela setiap tahun untuk menyoroti warisan seorang pria yang mengubah abad ke-20 dan membantu membentuk abad ke-21,” ungkapnya.
Denny sangat menyayangkan jika hal tersebut terjadi. Menurutnya, MK akan dicatat sejarah dan dunia melegalkan diskriminasi atas usia.
“Apa jadinya jika ada aturan di sana bahwa batas maksimal menjadi calon presiden 65 tahun, dunia tak akan pernah memiliki riwayat legenda Nelson Mandela menjadi presiden! dan MK akan dicatat sejarah dan dunia melegalkan diskriminasi atas usia,” kata Denny yang juga merupakan tokoh media sosial ini.
Lebih dalam, Denny memaparkan, usia Mandela bukanlah penghalang keberhasilannya sebagai presiden. Dia berusia 76 tahun ketika terpilih, namun dia tetap tampil seorang pemimpin yang kuat, bijaksana dan berpengalaman.
“Pada usia tujuh puluhan, Mandela mampu menegosiasikan penyelesaian damai dengan pemerintah minoritas kulit putih. Ia mengakhiri apartheid dan membangun Afrika Selatan yang demokratis, membentuk Komisi Kebenaran dan Rekonsiliasi, yang menyelidiki pelanggaran hak asasi manusia yang dilakukan selama apartheid dan mendorong pengampunan dan rekonsiliasi, Mandela memperkenalkan sejumlah kebijakan untuk meningkatkan kehidupan warga kulit hitam Afrika Selatan, seperti memperluas akses terhadap pendidikan dan layanan kesehatan. Padahal pada saat itu, kekerasan demi kekerasan, juga penindasan di Afrika Selatan sebelum Mandela menjadi presiden menjadi hal yang rutin. Mandela mampu menyetop itu, tak pula membalas dendam menghancurkan ras kulit putih ketika ras kulit hitam berkuasa. Pada usia tujuh puluhan, Mandela justru menjadi momen kearifan dan kebijaksanaan. Menurut saya, Itu usia yang terasa lebih berpengalaman,” paparnya.
Selanjutnya, Denny menuturkan kesalahan kedua dari pembatasan usia capres dan cawapres, karena menilai telah mengabaikan kondisi di Indonesia sendiri. Denny bahkan mempertanyakan hal tersebut, karena menurutnya Maruf Amin ketika terpilih menjadi wakil presiden, usianya sudah di atas 70 tahun.
“Kesalahan kedua dari pembatasan maksimal capres dan cawapres 65 tahun karena mengabaikan kondisi di Indonesia sendiri. Bukankah Maruf Amin ketika terpilih menjadi wakil presiden, usianya sudah di atas 65 tahun, bahkan di atas 70 tahun? Pada saat terpilih menjadi wapres, usia Maruf Amin sudah 76 tahun!,” tuturnya.
Denny juga mengungkapkan kondisi pencapaian yang diraih saat Presiden Jokowi menjabat dengan Wakil Presiden yang sudah melewati batas usia 65 tahun tersebut.
“Maruf Amin, bersama Jokowi, kini mereka mendapatkan approval rating, tingkat kepuasan publik di angka 80 persen. Ini tingkat kepuasan yang tinggi sekali. Dan Jusuf Kala bersama Jokowi pada 2014 lalu, juga mengalami hal yang sama. Padahal pada saat itu usianya juga sudah 72 tahun,” ungkapnya.
Denny menyampaikan kesalahan ketiga jauh lebih mendasar. Tindakan ini menjadi pelanggaran hak asasi manusia. Ia mendiskriminasi warga berusia 65 tahun ke atas untuk menjadi Presiden atau Wakil Presiden.
“Apa yang salah dengan usia 65 tahun ke atas sehingga dilarang menjadi capres atau cawapres? Menurut saya, pada usia 65 tahun ke atas, sejauh masih sehat, itu justru usia yang penuh pengalaman dan pengetahuan,” pungkasnya.
Sekedar informasi tambahan, Nelson Mandela dicatat sejarah berhasil dan menjadi Presiden dengan prestasi besar di Afrika Selatan. Berikut ini beberapa kontribusi positifnya:
- Mandela memimpin negara melalui transisi damai dari apartheid ke demokrasi. Ia mempromosikan rekonsiliasi dan pengampunan ras.
- Mandela meningkatkan taraf hidup warga kulit hitam Afrika Selatan melalui pendidikan, layanan kesehatan, dan pembangunan ekonomi.
- Mandela juga memperkuat perekonomian negara dan posisi internasional Afrika Selatan. Mandela menjadi ikon global perdamaian dan kebebasan.
(ANTON)
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari suaraindonews.com. Mari bergabung di Grup Telegram “Update SuaraIndoNews.com”, caranya langsung klik link https://t.me/update_sindotcom, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.