SUARAINDONEWS.COM, Jakarta – Dalam sebuah momen yang agak langka dan nyaris dramatis, Wakil Ketua DPR RI Sufmi Dasco Ahmad membongkar isi diskusi panas soal kenaikan upah pekerja di level tertinggi negara. Percaya atau tidak, katanya, justru Presiden yang paling lantang mendorong agar upah buruh dinaikkan—sementara para menteri masih mikir-mikir pakai nada “takut-takut”.
“Waktu itu Menteri Tenaga Kerja menyampaikan aspirasi kenaikan upah itu pelan-pelan, kayak takut salah ngomong. Tapi justru Presiden bilang: naikin dong, supaya daya beli naik!,” ujar Dasco saat silaturahmi bersama serikat buruh, Rabu (30/4/2025).
Tak hanya mendukung, sang Presiden bahkan disebut melempar tantangan: “Coba bayangin kalau naiknya sampai 10 persen. Bisa nggak tuh?”
“Presiden itu malah ngitung, kalau bisa jangan setengah persen. Coba Menteri Keuangan bales, ‘10 persen gimana?’,” imbuh Dasco. “Itu revolusioner banget.”
Pengusaha Ngeluh Dikit, Tapi Sebenarnya Mampu
Menurut Dasco, para pengusaha mungkin terdengar panik saat mendengar wacana upah naik. Tapi, katanya, itu refleks biasa saja.
“Ya biasa, asosiasi pengusaha kalau dengar upah naik pasti bilang berat. Padahal setelah dihitung-hitung, nggak ada masalah juga tuh,” sindirnya halus.
Jadi, menurut versi DPR, kalau pun ada keluhan dari pengusaha, itu cuma bagian dari “ritual tahunan” aja. Faktanya, sudah banyak yang nggak keberatan selama kenaikan dilakukan bertahap dan masuk akal.
DPR dan Pemerintah Kompak? Katanya Sih…
Di tengah suasana menjelang Hari Buruh Internasional (May Day), Dasco juga menegaskan bahwa DPR dan pemerintah akan tetap menjadi sahabat para pekerja. Katanya, semua aspirasi dari serikat buruh bakal ditampung dan dibahas serius.
“Pemerintah sudah bilang mereka terbuka. DPR juga siap jadi teman. Asal semua pihak—pemerintah, buruh, guru, pengusaha—bisa saling dengar dan kerja bareng,” katanya.
Menuju Indonesia “Terang”
Dasco menutup pidatonya dengan gaya optimistis—dan sedikit dramatis.
“Jangan bilang Indonesia gelap. Indonesia itu masa depannya terang! Tinggal kitanya mau bersatu atau nggak.”
Ia berharap kebersamaan antara buruh dan pemerintah tak hanya muncul saat perayaan May Day, tapi terus berlanjut dalam kerja nyata.
Catatan akhir: Jadi, kalau Presiden aja bisa berani bilang “10 persen”, masa yang lain masih main aman?
Kalau kamu buruh, setuju nggak? Atau malah udah capek dengerin janji?
(Anton)