SUARAINDONEWS.COM, Jakarta – Menteri Keuangan (Menkeu ) Sri Mulyani Indrawati mengungkapkan utang menyelamatkan perekonomian negara di saat menghadapi wabah pandemi Covid-19. Sri Mulyani menegaskan Kementerian Keuangan merespons kondisi pandemi untuk menyelamatkan warga negara dan perekonomian.
“Kenapa kita harus menambah utang seolah-olah menambah utang menjadi tujuan? Padahal dia (utang) merupakan instrumen, whatever it takes, untuk menyelamatkan warga negara dan perekonomian kita,” kata Sri Mulyani dalam YouTube DJPPR Kementerian Keuangan, Sabtu (24/7/2021).
Sri Mulyani mengatakan, stigma utang sebagai sesuatu yang buruk harus dirubah dengan edukasi yang baik kepada masyarakat.
“Sehingga mereka tidak hanya bicara utang sebagai stigma namun dia bisa memahami (utang) sebuah instrumen yang dijaga secara profesional dan bertanggung jawab,” ujarnya.
Lebih lanjut, dalam menghadapi tantangan pandemi ini Kementerian Keuangan merespons dengan melakukan segala cara agar dapat menyelamatkan warga negara dan perekonomian Indonesia. Namun, ternyata berimplikasi pada defisit APBN.
“Kami di Kemenkeu merespons dengan whatever it takes, apapun kita lakukan untuk menyelamatkan warga negara dan perekonomian Indonesia dan itu berimplikasi kepada defisit APBN,” imbuhnya.
Bertambah berat
Dalam kesempatan ini, Menkeu Sri Mulyani Indrawati mengungkapkan, beban Anggaran APBN Indonesia bertambah berat selama menangani pandemi Covid-1.
Awalnya Sri Mulyani menceritakan, kondisi pandemi Covid bukan hanya persoalan kesehatan yang menyangkut keselamatan nyawa manusia saja tetapi juga berpengaruh pada kondisi perekonomian di suatu negara.
“Pandemi COVID-19 memang sebuah tantangan yang sungguh luar biasa. Dia tidak hanya mengancam jiwa manusia, dia juga mampu mempengaruhi dan mengoyak perekonomian suatu negara,” kata Sri Mulyani.
Lebih lanjut, dia mengatakan, seluruh negara di dunia menggunakan instrumen kebijakan untuk bisa menangani pandemi dan dampak sosial ekonomi serta keuangan. Wanita yang pernah menjabat di World Bank pada 2010 lalu itu juga berpandangan bahwa pandemi Covid-19 merupakan tantangan yang sangat luar biasa.
“Pandemi adalah extraordinary challenge. Tantangan yang luar biasa dan itu membutuhkan respons kebijakan yang juga exraordinary salah satunya adalah APBN yang harus menjawab dari begitu banyak tantangan selama pandemi,” imbuhnya.
Dia mengungkapkan, beban luar biasa APBN selama pandemi Covid-19 ini berkaitan dengan upaya untuk memenuhi segala kebutuhan yang berkaitan dengan penanganan pandemi baik dari segi kesehatan dan ekonomi sosial.
“Kebutuhan untuk meningkatkan anggaran di bidang kesehatan, bantuan sosial, membantu masyarakat, membantu daerah dan menjaga perekonomian. Hal ini terjemahannya adalah suatu beban APBN yang luar biasa. Kami di Kemenkeu merespons dengan whatever it takes, apapun kita lakukan untuk menyelamatkan warga negara dan perekonomian Indonesia,” tutupnya.
Seperti diketahui, Kementerian Keuangan (Kemenkeu) mencatat defisit alias tekor APBN hingga semester I-2021 atau periode Januari-Juni mencapai Rp 283,2 triliun. Angka tersebut didapat sesuai dengan data penerimaan negara dan belanja negara.
“Hingga semester I Januari-Juni kita defisit Rp 283,2 triliun. Tahun ini sesuai UU APBN total defisit Rp 1.006,4 triliun atau 0,7% dari PDB. Realisasinya 1,72% dari PDB. Pembiayaan yang direalisir ini masih punya Silpa Rp 135,9 triliun,” kata Sri Mulyani dalam konferensi pers Rabu lalu (21/7/2021). (wwa)
Sumber: Detik.com