SUARAINDONEWS.COM, Jakarta — Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mengingatkan bahwa Indonesia telah memasuki musim hujan dengan intensitas yang semakin meningkat menuju puncaknya. Fenomena ini dipengaruhi La Niña lemah yang diperkirakan berlangsung hingga awal 2026.
Kepala BMKG Teuku Faisal Fathani menyampaikan bahwa meski dampak La Niña tidak terlalu signifikan, curah hujan tinggi tetap harus diwaspadai, terutama di wilayah rawan bencana.
“La Niña lemah akan bertahan hingga awal 2026. Dampaknya tidak terlalu signifikan pada puncak musim hujan, namun potensi hujan intensif tetap perlu diwaspadai,” ujar Faisal dalam Apel Kesiapsiagaan Bencana Kementerian Pekerjaan Umum (PU), Rabu (5/11).
Menteri PU Dody Hanggodo turut menegaskan pentingnya kesiapan seluruh pihak menghadapi potensi bencana hidrometeorologi seperti banjir dan longsor. Ia meminta koordinasi antarinstansi diperkuat, termasuk pemerintah pusat, pemerintah daerah, TNI, Polri, dan masyarakat, agar penanganan bencana dapat berjalan cepat dan tepat.
“BMKG telah memperingatkan adanya peningkatan intensitas hujan. Mitigasi dan kesiapan seluruh jajaran, baik pusat maupun daerah, harus diperkuat,” tegas Dody.
BMKG mencatat curah hujan tinggi hingga sangat tinggi berpotensi terjadi di wilayah selatan Indonesia, meliputi Jawa, Bali, NTB, NTT, Sulawesi Selatan, dan Papua bagian selatan. Adapun wilayah Sumatera bagian utara, Kalimantan bagian utara, Sulawesi utara, dan Maluku Utara diprediksi masih akan mengalami curah hujan di atas normal pada November–Desember 2025.
Sementara pada Februari hingga April 2026, sebagian besar wilayah diperkirakan akan mengalami curah hujan kategori menengah dan mulai kembali normal.
Peningkatan curah hujan ini dipengaruhi kombinasi faktor global dan regional, termasuk La Niña lemah dan Dipole Mode negatif, yang menyebabkan atmosfer tetap labil dan memicu pembentukan awan konvektif. Situasi tersebut meningkatkan risiko hujan lebat disertai angin kencang, terutama di Sumatera Utara, Banten, Jawa Barat, Jawa Tengah, Yogyakarta, Jawa Timur, NTB, dan Sulawesi Selatan.
Selain itu, keberadaan Siklon Tropis Kalmaegi di Samudra Hindia barat daya Lampung serta beberapa sirkulasi siklonik lainnya turut memengaruhi dinamika cuaca nasional.
Dalam periode 3–9 November 2025, hujan sedang hingga lebat diperkirakan terjadi di pesisir barat Sumatra, sebagian besar Jawa, Bali, Nusa Tenggara, Kalimantan, Maluku, dan Papua.
Sebagai langkah antisipasi, BMKG bersama BNPB telah melaksanakan Operasi Modifikasi Cuaca (OMC) di sejumlah wilayah rawan seperti Jawa Tengah dan Jawa Barat pada akhir Oktober hingga awal November, menggunakan armada pesawat Cessna dan Grand Caravan.
“Koordinasi lintas sektor dan peningkatan kesiapsiagaan menjadi kunci menghadapi potensi bencana akibat cuaca ekstrem,” ujar Faisal. BMKG mengimbau agar pemerintah daerah dan masyarakat tetap waspada dan meningkatkan kewaspadaan terhadap potensi banjir, longsor, dan gangguan aktivitas harian selama periode puncak musim hujan.
(Anton)



















































