SUARAINDONEWS.COM, Jakarta — Target pertumbuhan ekonomi Indonesia sebesar 8% bukan sekadar angka makroekonomi, melainkan arah nasional yang menuntut kesiapan kolektif lintas sektor. Untuk mewujudkannya, Indonesia perlu mengaktifkan dua mesin pertumbuhan utama, Transformation dan Acceleration, yang jika bekerja simultan akan memperkuat fondasi ekonomi sekaligus mengeksekusi agenda pertumbuhan dengan kecepatan, disiplin, dan transparansi.
Kerangka inilah yang menjadi fokus utama Big Alpha Business Summit 2025, sebuah forum bisnis yang digelar oleh Big Alpha dan didukung oleh Social Quotient pada Jumat (19/12) di Jakarta.
Big Alpha Business Summit 2025 mengusung tema “Navigating Indonesia’s Twin Growth Engines: Transformation and Acceleration.” Acara ini hadir menjelang 2026, tahun yang dipandang sebagai titik temu strategis antara bonus demografi, stabilitas politik, serta pergeseran arus modal global. Peluang untuk melompat keluar dari jebakan negara berpendapatan menengah terbuka lebar, namun tidak akan berlangsung lama. Di tengah dinamika global yang cepat berubah, kebutuhan untuk bertumbuh secara lebih terarah dan terkoordinasi menjadi semakin mendesak.
CEO Big Alpha, Tirta Prayudha, menyampaikan bahwa acara ini dihadirkan sebagai ruang strategis untuk mencapai target pertumbuhan ekonomi 8%.
“Untuk dapat mencapai pertumbuhan hingga 8% dibutuhkan kepemimpinan pemikiran yang berani dan ruang dialog yang jujur antar pemangku kepentingan. Melalui Big Alpha Business Summit 2025, kami ingin menghadirkan forum strategis yang tidak berhenti pada diskusi, tetapi mendorong lahirnya kerangka aksi nyata yang dapat dieksekusi bersama oleh pembuat kebijakan, pelaku industri, dan investor untuk menjawab tantangan ekonomi Indonesia ke depan,” ujar Tirta.
Sementara itu, Manbir Chyle, Direktur PT Social Cerdas Indonesia (Social Quotient), menegaskan bahwa dukungan pihaknya terhadap acara ini sejalan dengan pemahaman bahwa persepsi publik merupakan elemen kunci dalam mendorong pertumbuhan ekonomi Indonesia.
“Transformasi dan akselerasi ekonomi tidak dapat dilepaskan dari pemahaman yang utuh terhadap dinamika sosial. Kebijakan dan investasi yang berkelanjutan harus dibangun di atas data, persepsi publik, dan empati sosial. Melalui pendekatan social listening dan analytics, kami mendorong pengambilan keputusan yang lebih transparan, akurat, dan relevan dengan realitas masyarakat, sehingga pertumbuhan ekonomi dapat dirasakan secara inklusif,” jelasnya.
Didukung oleh Social Quotient, forum ini menghadirkan sejumlah tokoh ekonomi dan bisnis nasional. Agenda acara mencakup speech dari Agus Harimurti Yudhoyono, Sandiaga Salahuddin Uno, dan Shinta Widjaja Kamdani. Acara juga menampilkan sesi Unfiltered Live bersama Pandu Sjahrir, serta diskusi panel bertajuk “Navigating Transformation and Acceleration Through Business, Investment and Social Impact.”
Panel tersebut menghadirkan Bobby Gafur Umar, Ali Setiawan, dan Cinta Laura Kiehl, dengan Aline Wiratmaja sebagai moderator. Diskusi ini dirancang untuk merangkai perspektif bisnis dan industri, mesin kapital, serta fondasi sosial ke dalam satu narasi pertumbuhan yang saling terhubung.
Big Alpha Business Summit 2025 menempatkan ambisi pertumbuhan 8% di pusat diskusi, dengan tujuan mengubah target tersebut menjadi kerangka kerja yang dapat dieksekusi. Forum ini dirancang untuk mempertemukan pembuat kebijakan, pemimpin industri, investor, dan sociopreneur dalam dialog strategis yang tidak berhenti pada wacana, melainkan menghasilkan gagasan konkret yang relevan dengan tantangan ekonomi nasional.
Acara ini diharapkan menjadi ruang dialog strategis yang relevan dan berdampak, mempertemukan ide, data, dan kepemimpinan untuk menggerakkan mesin pertumbuhan Indonesia menuju masa depan ekonomi yang lebih kuat.
(Anton)




















































