SUARAINDONEWS.COM, Jakarta – Ketua Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) RI yang juga Kepala Badan Hubungan Penegakan Hukum, Pertahanan dan Keamanan KADIN Indonesia Bambang Soesatyo mengungkapkan perkembangan aset kripto di dunia semakin pesat.
Seperti dikutip dari Bloomberg dan CoinMarketCap, 10 aset kripto terbesar di dunia memiliki nilai kapitalisasi mencapai US$ 1,8 triliun pada April 2021. Saat ini, Bitriver (Rusia) dan Energix (Kazakhstan) menguasai digital mining atau penambang kripto terbesar di dunia.
Akhir-akhir ini perdagangan aset kripto beserta turunannya memang menjanjikan, contohnya Bitcoin yang memiliki nilai total US$ 1,179 triliun dan mengalami lonjakan harga sebesar 782%. Adapula Ethereum yang memiliki nilai total mencapai US$ 281 miliar dan melonjak sebesar 1.796%.
“Kementerian Perdagangan melaporkan transaksi kripto di Indonesia sepanjang tahun 2021 mencapai Rp 859 triliun dengan jumlah investor mencapai 11,2 juta (7,5 juta di antaranya berasal dari kalangan milenial) dan nilai transaksi harian Rp 2,7 triliun. Jumlah investor aset kripto jauh lebih besar dari jumlah investor di pasar modal berbasis Single Investor Identification (SID) yang jumlahnya baru mencapai sekitar 7,48 juta investor,” ujar Bamsoet dalam keterangannya, Sabtu (3/9/2022).
“Kemampuan pasar aset kripto dalam menghimpun dana tersebut jauh lebih besar dibandingkan kemampuan pasar modal konvensional yang jumlahnya masih berada pada kisaran Rp 363,3 triliun. Tidak heran jika pasar kripto Indonesia sudah menjadi yang terbesar di Asia Tenggara serta dikabarkan menempati posisi 30 di dunia,” imbuhnya.
Usai meresmikan kantor PT Cipta Aset Digital, di kawasan industri Tangerang, Ketua MPR RI ini menjelaskan Kementerian Perdagangan melaporkan lima jenis aset kripto yang memiliki nilai transaksi tertinggi di Indonesia pada Juli 2022.
Lima aset kripto tersebut, di antaranya Tether dengan nilai transaksi Rp 42,3 triliun, Bitcoin Rp 18,5 triliun, Ethereum Rp 14,2 triliun, Dogecoin Rp 6,8 triliun, dan Terra Rp 6 triliun.
Melihat hal tersebut, lanjut Bamsoet, transaksi aset kripto juga harus bisa dinikmati oleh penambang digital dalam negeri, bukan hanya dinikmati dinikmati oleh penambang digital asing.
“Terlebih dengan ketersediaan infrastruktur seperti pasokan listrik hingga jaringan internet yang sudah memadai, bukan tidak mungkin jika kelak Indonesia menjadi negara penambang kripto terbesar dunia seperti Rusia, Kazakhstan, China, Amerika Serikat dan Hongkong yang dikabarkan mengendalikan 70 persen penambangan kripto dunia,” jelas Bamsoet.
Bamsoet mengapresiasi kehadiran PT Cipta Aset Digital yang didirikan para anak bangsa sejak tahun 2021. Diketahui PT Cipta Aset Digital telah terdaftar dalam Asosiasi Perusahaan Penjualan Langsung Indonesia (APLI).
Adapun dikabarkan PT Cipta Aset Digital memiliki tambang digital terbesar di Indonesia. Mereka juga memiliki enam bangunan yang dijadikan lokasi tambang digital. Setiap bangunan mengonsumsi listrik sebesar Rp 6,5 miliar per bulannya. Perusahaan tersebut juga berkontribusi besar terhadap pajak.
“PT Cipta Aset Digital juga menjual alat penambang aset kripto, PowerRig, yang dipasarkan melalui penjualan langsung (direct selling). Sehingga memudahkan masyarakat yang ingin terjun menjadi penambang digital. Semakin banyak aktivitas penambangan digital yang dilakukan di dalam negeri, akan berkontribusi dalam peningkatan ekonomi digital Indonesia. Sehingga uang kita tidak lari ke luar negeri, melainkan sebaliknya kita justru bisa menarik uang dari luar negeri masuk dan berputar di Indonesia,” pungkas Bamsoet.
Turut hadir, antara lain Direktur Utama PT Cipta Aset Digital Budi Sukandi, Counselor Embassy Republic of Fiji to Indonesia Mr. Isaac Gracex, Dandenpom Jaya/1 Mayor Cpm Sundoro, Danramil 03/Lgk Kodim 0510 Trs Kapten Arh Peristiwa Sihotang, Kapolsek Legok AKP Budi Harjono, dan Sekjen APLI Ina Rachman. (wwa)