SUARAINDONEWS.COM, Jakarta – Ketua Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) RI, Bambang Soesatyo atau yang akrab disapa Bamsoet, merayakan ulang tahun ke-62 dengan meluncurkan buku terbaru di acara yang dihadiri sejumlah tokoh penting. Hadir dalam acara tersebut, antara lain Ketua DPR RI Puan Maharani, Ketua DPP PDI-P Djarot Saiful Hidayat, Ketua Komisi Yudisial Amzulian Rifai, mantan Ketua Mahkamah Konstitusi Jimly Asshiddiqie, dan bakal calon Gubernur Jakarta Pramono Anung.
Dalam sambutannya, Bamsoet menekankan pentingnya menulis sebagai bentuk upaya menyambungkan sejarah antar generasi. Menurutnya, menulis tidak hanya mencatat sejarah, tetapi juga membantu menjaga kesinambungan sejarah dari satu zaman ke zaman berikutnya. “Kalau kita menulis, maka kita juga membantu menyambungkan sejarah, menyambungkan dengan era kehidupan dari satu jaman ke jaman berikutnya. Kemudian, kalau Anda ingin menguasai dunia, maka membaca. Jadi, selain menulis, sering-seringlah membaca,” ujar Bamsoet.
Kritik Terhadap Demokrasi Indonesia
Bamsoet dalam pidatonya juga menyampaikan keprihatinannya terhadap arah demokrasi di Indonesia. Ia menilai bahwa demokrasi saat ini telah bergeser menjadi sekadar pengejaran angka-angka suara, bukan lagi memperjuangkan aspirasi rakyat. “Sekarang kita tidak lagi mengejar aspirasi rakyat, mengejar kepentingan rakyat, tapi kita sekarang mengejar suara rakyat dalam bentuk angka-angka,” ucap Bamsoet.
Ia juga mengungkapkan keresahannya terkait fenomena kotak kosong dalam pemilihan langsung. Fenomena ini, menurut Bamsoet, menunjukkan ada yang kurang sehat dalam demokrasi Indonesia saat ini. “Apa gunanya kita menyelenggarakan pemilihan langsung kalau semua sudah selesai di tingkat atas, kalau rakyat hanya memilih kotak kosong, atau figurnya? Ini juga pertanyaan kritik bagi saya, bagi kita semua,” katanya, menegaskan pentingnya pemikiran kritis terhadap proses demokrasi.
Pentingnya Literasi dan Menulis untuk Menyambung Sejarah
Pada acara peluncuran buku tersebut, Bamsoet kembali menegaskan peran penting menulis dalam menjaga sejarah dan menyampaikan gagasan lintas generasi. “Menulis adalah salah satu cara kita menyambungkan kehidupan di berbagai era. Lewat tulisan, kita dapat meninggalkan warisan pemikiran yang tak hanya relevan untuk hari ini, tapi juga untuk generasi yang akan datang,” ungkap Bamsoet.
Ia juga mengajak semua pihak untuk rajin membaca sebagai cara memahami dunia dan menyikapi perkembangan zaman dengan bijaksana. Menurutnya, menulis dan membaca adalah dua kegiatan yang tidak bisa dipisahkan dalam proses pembelajaran dan penguasaan ilmu.
(Anton)