SUARAINDONEWS.COM, Jakarta – Anggota Komisi IX DPR RI dari Fraksi PKS, Netty Prasetiyani Aher, menyoroti isu kesehatan dan kesejahteraan peserta Program Pendidikan Dokter Spesialis (PPDS) di Indonesia. Dalam sebuah keterangan media, Netty mengemukakan keprihatinannya terhadap laporan mengenai tingginya angka depresi di kalangan peserta program tersebut.
Pada Rabu (24/04/2024), Netty menyatakan pentingnya perhatian pemerintah terhadap aspek kesejahteraan peserta PPDS, termasuk hak insentif yang mungkin belum memadai. Dia mengajukan pertanyaan apakah ketidakjelasan terkait insentif tersebut menjadi salah satu akar permasalahan yang mengakibatkan tingginya tingkat depresi yang teridentifikasi.
Menurut hasil survei skrining kesehatan jiwa peserta PPDS pada Maret 2024, yang dilakukan oleh Kementerian Kesehatan RI, ribuan calon dokter spesialis dilaporkan mengalami masalah kesehatan mental. Bahkan, 3,3 persen dari peserta tersebut mengungkapkan keinginan untuk bunuh diri atau melukai diri sendiri.
Netty juga menyoroti beban finansial yang dialami peserta PPDS, khususnya bagi mereka yang memiliki tanggungan keluarga. “Jika pemasukan tidak jelas, sementara mereka harus membayar biaya pendidikan, melayani pasien, dan belajar, tentunya menjadi beban tersendiri,” ungkapnya.
Tak hanya itu, Netty juga mengingatkan pemerintah untuk memperhatikan kesehatan fisik dan mental peserta PPDS. Dia menyoroti praktik bullying yang masih kerap terjadi di lingkungan pendidikan dokter di Indonesia, yang dapat berdampak negatif terhadap kesehatan mental peserta.
Netty menegaskan pentingnya monitoring yang ketat terhadap pelaksanaan PPDS. Dia menekankan bahwa peserta PPDS adalah aset negara yang harus dijaga kesehatan fisik dan mentalnya dengan baik.
Terakhir, Netty meminta pemerintah untuk segera menangani masalah depresi yang dialami peserta PPDS, karena hal ini dapat berdampak pada ketersediaan dokter di masa yang akan datang.
“Pemerintah juga berkewajiban untuk menyediakan sarana dan prasarana agar peserta PPDS dapat menjalankan pendidikannya secara maksimal,” tambah Netty. “Tidak maksimalnya pendidikan dokter spesialis akan berdampak pada stabilitas kesehatan nasional Indonesia.”
(Anton)