SUARAINDONEWS.COM, Jakarta-Agustinus Donald Ohee merupakan laki laki asli dari tanah Papua yang tengah memperjuangkan aspirasi rakyat Papua terutama kalangan muda Papua agar dapat memberi kontribusi bagi Indonesia.
Peran Pria kelahiran Abepura , 27 September 1971 sangat besar bagi rakyat Papua dengan Kegiatan Musyawarah Besar (Mubes) Kepala-kepala Suku Raja Tujuh Wilayah Adat Papua pada April 2016 lalu. Dan Mubes dari para Kepala Suku Raja Tujuh Wilayah Adat Papua untuk menarik perhatian Presiden RI Joko Widodo (Jokowi) agar pembangun Papua terukur serta terarah tanpa harus dipolitisir demi rupiah.
“Untuk karena itu, masyarakat adat Papua perlu duduk bicara untuk selesaikan dulu masalah internal dalam adat sendiri. Karena ada sebagian dari kelompok sebelah sana, dan satunya lagi dari kelompok sebelah sini. Dan kini saatnya kita berfikir untuk kepentingan rakyat Papua semuanya lewat Otonomi Khusus yang diberikan Pemerintah pada Papua. Letakan itu pada kedudukan sebenar benarnya untuk mendata dan me-mapping persoalan persoalan yang ada di Papua, mana yang urgent untuk diselesaikan dan seterusnya. Sehingga melalui Musyawarah Besar (Mubes) Kepala-kepala Suku Raja Tujuh Wilayah Adat Papua dapat disepakati haluan haluan untuk membangun Papua dengan benar dan baik,” urainya penuh keyakinan.
Jadi ke depan tak terjadi lagi gesekan-gesekan yang justru menjadi penghambat proses pembangunan yang sudah direncanakan. Dengan kata lain, pembangunan infrastruktur akan sia sia apabila penegakan hukum pemberantasan tindak pidana korupsi di tanah Papua, Bumi Cendrawasih, tidak dilakukan dengan sungguh sungguh, jelas Agustinus, saat ditemui sejumlah awak media di Jakarta (4/5/2018).
Musyawarah Besar (Mubes) Kepala-kepala Suku Raja Tujuh Wilayah Adat Papua yang didirikan sejak 20 Mei 2015 lalu, telah membahas sejumlah persoalan terkait adat Papua, pemerintah, investasi di Papua, masalah internal di dalam adat yang perlu diselesaikan, serta pembahasan perkembangan pembangunan di tanah Papua, yang hanya bisa diselesaikan masyarakat Papua sendiri.
Berangkat dari keprihatinan maka untuk menyelesaikan masalah di Papua ini tidak lagi jalan dengan sendiri-sendiri. Sekaligus pula mengajak masyarakat Papua, khususnya para kepala suku, agar bersatu demi menerapkan tiga pilar pembangunan di bumi Cenderawasih yakni adat, agama dan pemerintah. Untuk menindaklanjuti keseriusan Presiden Joko Widodo (Jokowi) dalam membangun daerah ini, jelas Ketua Badan Musyarawarah Tujuh Wilayah Adat Papua ini.
“Kita tidak bisa jalan sendiri-sendiri harus bersama-sama saling mendukung, karena pembangunan di atas tanah Papua, tanahnya milik adat, makanya semua harus bersinergi. Di data dengan benar, di ukur dengan tepat melalui titik kordinat GPSnya, kemudian diberi pengesahan kepemilikannya. Dengan demikian yakin percepatan pembangunan yang direncanakan oleh pemerintah akan terwujud sesuai target dan masyarakat Papua akan cepat sejahtera,” ujarnya.
Dan mengakhiri perbincangannya, Agustinus Donald Ohee mengingatkan bahwa pentingnya peningkatan leadership bagi para pemutus kebijakan yang ada di seluruh Bumi Papua. Lantaran ini pulalah Papua gampang dipecah, gampang dipolitisir untuk kepentingan sesaat golongan golongan tertentu dan dipastikan bukan untuk kesejahteraan masyarakat Papua.
“Inilah salah satu faktor penting yang kerap menjadi penghambat jalannya pembangunan. Ketika terjadi masalah akhirnya dimanfaatkan oleh oknum-oknum tertentu untuk mencari keuntungan, sehingga tidak heran persoalan persoalan di tingkat akar rumput masih terus dapat ditemui,” katanya mengingatkan.
Presiden, Gubernur dan para Bupati/Walikota harus melihat dengan dua mata. Papua harus mendapat perhatian yang sungguh sungguh. Jika pemerintah serius ingin membangun Papua. Basmi tikusnya jangan lumbung padi yang dibakar habis, tutup Tokoh Muda Papua itu dengan keyakinan bahwa hari yang diimpikan masyarakat Papua akan datang terwujud.
(tjo; foto gha