SUARAINDONEWS.COM, Jakarta-Di Tahun 2020, PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk, memilih untuk fokus dalam meningkatkan kualitas bisnis dengan menggenjot kualitas kredit dan penghimpunan tabungan. Disamping menggarap potensi-potensi bisnis yang terbuka lebar. Langkah prioritas tersebut untuk mengantisipasi tantangan ekonomi di tahun tikus logam ini, demikian diungkapkan Direktur Finance, Planning, dan Treasury Bank BTN, Nixon L. P. Napitupulu.
Seperti diketahui, di tahun 2019 bagi PT.Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk,
merupakan periode yang menantang bagi perseroan. Hal tersebut lantaran, kewajiban untuk mempersiapkan implementasi aturan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) 71 hingga pengetatan likuiditas perbankan menekan kinerja perseroan pada 2019.
Dengan kata lain, dalam aturan baru tersebut, lanjut Nixon bahwa perseroan telah melakukan penyesuaian kolektibilitas kredit. Penyesuaian itu, turut mengerek naik rasio kredit bermasalah (non-performing loan/NPL) sehingga memerlukan peningkatan cadangan kerugian penurunan nilai (CKPN). Dengan demikian, likuiditas perbankan yang ketat pun, ujar Nixon, mengakibatkan persaingan bunga dan menyumbang kenaikan beban bunga dana perseroan.
“Kedua faktor tersebut berdampak signifikan bagi profitabilitas perseroan pada 2019. Sehingga di tahun ini kami berfokus memperbaiki kualitas kredit dan memacu penghimpunan dana pihak ketiga (DPK) untuk mengantisipasi berbagai tantangan ekonomi sekaligus sebagai amunisi menggarap berbagai peluang bisnis pada 2020,” jelas Nixon di Jakarta, (16/2).
Nixon optimistis peningkatan CKPN, perbaikan kualitas kredit, dan likuiditas yang kuat akan memperkuat pondasi bisnis perseroan. Dengan pondasi yang kuat, kami yakin dapat memacu bisnis yang berkelanjutan di 2020, ujarnya.
Berbagai aksi strategis pada perbaikan kualitas kredit yang akan dilakukan emiten bersandi saham BBTN ini, yakni memperbaiki proses inisiasi kredit, memperkuat collection management system, hingga mempercepat penjualan aset non-performing loan (NPL). “Kami optimistis rasio NPL gross pada tahun ini dijaga di level 3%-3,5%,” tukas Nixon.
Upaya memperbaiki proses inisiasi kredit dieksekusi dengan mengoptimalkan regional processing center (RPC). RPC memiliki keunggulan lebih efektif karena dapat mempercepat proses, namun tetap memerhatikan kualitas kredit. Upaya lain yang dilakukan yakni mesentralisasi proses kredit komersial di bawah Rp10 miliar, mengembangkan decision engine untuk credit approval, robust scoring model, hingga automatisasi proses verifikasi dan simplifikasi dokumen. Selanjutnya, aksi memperkuat collection management system akan dilakukan dengan meningkatkan early bucket dengan collection scoring.
Bank BTN, lanjut Nixon, juga akan membentuk unit kerja baru untuk mempercepat penyelesaian kredit macet. Perseroan pun akan memperbaiki proses bisnis restrukturisasi kredit. Begitu pun, terkait upaya mempercepat penjualan aset NPL, BBTN pun akan terus memperluas channel penjualan. Dilakukan antara lain melalui portal rumah murah hingga partnership dengan e-commerce. Bank BTN pun akan mempercepat eksekusi aset NPL dan lelang melalui jalur hukum.
Di samping berbenah di sisi kualitas kredit, tahun ini BBTN berupaya mengembalikan hakikat perseroan sebagai bank tabungan. Opsi yang dipilih yakni dengan akselerasi di lini bisnis penghimpunan simpanan. Nixon mengatakan ada berbagai strategi untuk mengakselerasi penghimpunan DPK. Yakni meningkatkan current account and saving account (CASA) melalui penjualan produk bundling, memperbaiki model sales manajemen, menjadi bank operasional bagi nasabah institusi, hingga mengoptimalkan penggunaan digital channel perseroan.
Sedangkan untuk menggenjot CASA, BBTN telah meluncurkan BTN Solusi, program yang memberikan solusi bagi instansi atau lembaga untuk mengelola tabungan payroll/gaji dari karyawannya sekaligus memberikan beragam manfaat yang dapat mendukung kebutuhan finansial bagi instansi dan karyawan.
Aksi lainnya melakukan re-aktivasi tabungan debitur yang tidak memiliki tabungan atau yang telah ditutup. Selain itu, bank yang dulunya bernama Bank Tabungan Pos ini juga meningkatkan interkoneksi SPAN BTN, sebuah program bundling pengelolaan dana pemerintah. Bank BTN juga terus mengembangkan branchless banking untuk menciptakan rantai nilai transaksi dan menabung melalui agen bank di lingkungan perumahan.
“Variasi strategi tersebut akan menjadi fokus jangka Panjang yang dimulai sejak 2020. Kami membidik DPK akan tumbuh 10%-15% pada tahun ini,” tutup Nixon.(BTP)