SUARAINDONEWS.COM, Jakarta – Sebanyak 160.000 produsen atau perajin tahu-tempe mogok produksi selama 3 hari, sejak (1/1) kemarin sampai besok, (3/1/2022). Aksi tersebut merupakan buntut dari mahalnya harga kedelai, akan tetapi para produsen kesulitan menaikkan harga tahu-tempe di pasar.
“Lebih kurang 90% dari jumlah perajin tahu tempe (di Indonesia) mogok produksi. (Jumlahnya) 160.000 perajin),” ungkap Ketua Umum Gabungan Koperasi Produsen Tempe Tahu Indonesia (Gakoptindo) Aip Syarifuddin , Sabtu (2/1/2021).
Aip menjelaskan, selama pandemi ini harga kedelai memang melonjak drastis. Normalnya, harga kedelai sebagai bahan baku tahu dan tempe ada di kisaran Rp 6.100-6.500 per kilogram (Kg) per Maret-April 2020 lalu. Kini, harganya naik menjadi sekitar Rp 9.500/Kg.
Meski harga bahan baku naik drastis, harga tahu-tempe sulit dinaikkan di pasar. Hal ini pun menjadi beban bagi para produsen. “Untuk itu perajin tempe tahu ingin menaikkan harga. Di masa pandemi ini semua kan susah,” kata.
Aksi mogok itu juga tertuang dalam Surat Edaran Gakoptindo nomor 190/E-Gakoptindo/XII/2020. Dalam surat itu, tertuang juga keputusan para perajin tahu-tempe di sejumlah daerah untuk menghentikan produksi selama 3 hari.
“Daerah yang berhenti produksi semua, hampir seluruh Indonesia. Karena kenaikannya (kedelai) di seluruh Indonesia. Naik semua, di NTB (Nusa Tenggara Barat), Kalimantan, Sumatera itu naik,” ujar Aip.
Ia menjelaskan, sebelumnya para produsen sudah berupaya menaikkan harga jual tahu-tempe secara individual ketika dijual ke pedagang pasar atau ke konsumen langsung. Namun, praktiknya di lapangan tak berjalan mulus.
“Hubungan kami, perajin dengan pedagang pasar itu sudah puluhan tahun, jadi sudah seperti saudara. Dan ketika mau menaikkan itu susah karena mereka keberatan, apalagi melihat kondisi ekonomi lagi susah. Jadi mau menaikkan sendiri-sendiri kan susah, akhirnya kita sepakat kita berhenti dulu produksi,” tutur dia.
Aip mengatakan, para perajin tahu-tempe baru akan memulai produksi lagi pada Senin, (4/1) mendatang. Namun, harga jualnya akan berbeda, yakni naik maksimal 20%.
“Tahu-tempe yang di pasar sepotong kecil kan harganya Rp 2.500-3.000, itu beratnya 250 gram. Jadi satu Kg rata-rata Rp 11.000. Sedangkan daging Rp 100.000-an. Daging, telur, ikan, sayur-sayuran itu kan mau naik tidak masalah. Padahal gizi tempe tidak kalah. Kami ini hanya ingin naik paling tidak naik 10-20%, itu kira-kira Rp 14.000-15.000/Kg,” tutup Aip. (wwa)