SUARAINDONEWS.COM, Jakarta – Mantan Presiden Amerika Serikat (AS), Donald Trump, menyebut serangan bom di bandara Kabul, Afghanistan, yang menewaskan 13 tentara AS sebagai ‘hal paling memalukan yang pernah terjadi’ pada AS.
Trump pun kembali menyerang Presiden Joe Biden atas caranya menangani penarikan tentara AS yang memicu krisis di Afghanistan.
Seperti diberitakan kantor berita AFP, Jumat (27/8/201), Departemen Pertahanan AS mengatakan 13 tentaranya tewas setelah dua pengebom bunuh diri yang dikerahkan oleh kelompok ISIS cabang Afghanistan, meledakkan bom mereka di pintu gerbang utama ke bandara dan di hotel terdekat yang digunakan untuk menampung para pengungsi.
Sementara dilansir news.com.au dan Fox News, Jumat (27/8/2021), dua serangan bom bunuh diri yang mengguncang bagian luar Bandara Internasional Hamid Karzai pada Kamis (26/8/2021) malam waktu setempat, menewaskan sedikitnya 85 orang, termasuk 13 tentara AS dan 28 petempur Taliban.
Juru bicara Korps Marinir AS, Mayor Jim Stenger dalam sebuah pernyataan menyatakan, sepuluh dari mereka yang tewas dan beberapa yang terluka adalah Marinir AS.
Ledakan bom terjadi di tengah kerumunan yang berkumpul di gerbang bandara Kabul menunggu evakuasi. Kelompok radikal Islamic State of Iraq and Syria (ISIS) Khorasan, atau ISIS-K, mengklaim bertanggung jawab atas serangan bom tersebut.
“Ini sangat menyedihkan. Mungkin dari sudut pandang taktik militer, dan ini memalukan, hal paling memalukan yang pernah terjadi pada negara kita; kita terlihat seperti orang bodoh di mata seluruh dunia, kita lemah, kita menyedihkan, kita dipimpin oleh orang-orang yang tidak tahu apa yang mereka lakukan,” sebut Trump.
Komitmen untuk menarik tentara AS sepenuhnya dari Afghanistan disepakati pada era pemerintahan Trump dengan Taliban pada Februari 2020.
Dalam wawancara eksklusif dengan wartawan Fox News, Sean Hannity, Trump menyebut pemerintahan Biden telah ‘merusak rencana’ penarikan.
Dia menilai bahwa militer AS seharusnya menjadi yang paling terakhir meninggalkan Afghanistan, namun Biden justru terlebih dulu menarik pulang para tentara AS. Trump menyebutnya sebagai ‘langkah terbodoh yang pernah dilakukan siapapun’.
“Mereka lupa satu hal, mereka lupa membawa orang-orang bersama mereka dan perlengkapan bersama mereka, yang berarti mereka lupa untuk membawa perlengkapan militer terhebat di dunia bersama mereka, dan itu sulit dipercaya, sebenarnya, karena seorang anak saja bisa memahaminya. Anda mengeluarkan militer terakhir. Seorang anak akan bisa memahami itu. Bagaimana bisa mereka melakukan ini pada negara kita?” ucapnya.
AFP melaporkan, perang AS selama dua dekade di Afghanistan telah merenggut 1.909 nyawa personel militer AS dalam pertempuran. Korban jiwa terbanyak terjadi pada 6 Agustus 2011, ketika gerilyawan menembak jatuh sebuah pesawat transportasi Chinook milik AS dalam misi malam hari di provinsi Wardak di barat daya Kabul.
Sebanyak 30 tentara Amerika Serikat, termasuk 22 anggota pasukan operasi khusus Navy SEAL, tewas dalam kecelakaan itu, serta delapan warga Afghanistan dan seekor anjing militer AS.
Sebelumnya, korban satu hari terburuk juga melibatkan helikopter. Pada tanggal 28 Juni 2005, tiga personel Navy SEAL tewas dalam baku tembak setelah diterbangkan ke pegunungan di provinsi Kunar timur.
Kemudian sebuah helikopter berisi pasukan bala bantuan dikirim untuk menolong satu personel SEAL yang masih hidup di darat dan menemukan jasad ketiga personel SEAL tersebut. Namun, helikopter tersebut ditembak jatuh dan menewaskan 16 orang di dalamnya.
Peristiwa mematikan lainnya termasuk baku tembak antara sejumlah petempur Taliban dan pasukan AS di Wanat di provinsi Nurestan pada Juli 2008, yang menewaskan sembilan tentara AS.
Lima belas bulan kemudian, pada Oktober 2009, delapan tentara Amerika tewas dalam pertempuran serupa dengan ratusan petempur Taliban di Kamdesh, juga di provinsi Nurestan.
Selama perang di Afghanistan, AS juga telah mengalami hilangnya banyak nyawa tentaranya akibat serangan yang dilakukan pihak-pihak yang dianggap sebagai sekutu AS. Pada tanggal 27 April 2011, delapan personel Angkatan Udara AS dan satu warga sipil AS ditembak mati di bandara Kabul oleh seorang pilot Afghanistan.
Juga pada tanggal 30 Desember 2009, seorang agen yang menurut intelijen AS berada di pihak mereka membunuh tujuh perwira dan kontraktor CIA, bersama dengan dua lainnya, di sebuah fasilitas CIA di Afghanistan timur yang dikenal sebagai Camp Chapman. (wwa)