SUARAINDONEWS.COM, Jakarta – Wakil Ketua Umum DPP Partai Golkar sekaligus Ketua Tim Kajian Politik Golkar, Idrus Marham, melancarkan kritik keras terhadap pernyataan Ketua DPP PDI-P Puan Maharani yang meminta elite menghentikan pembahasan politik dan fokus pada penanganan bencana. Idrus menilai pernyataan Puan itu justru menimbulkan kesan keliru, seolah gagasan Ketua Umum Golkar Bahlil Lahadalia tentang koalisi permanen adalah bentuk ketidakpekaan terhadap musibah yang sedang melanda Aceh, Sumut, dan Sumbar.
Sebelumnya, Puan menegaskan bahwa “urusan politik masih jauh” dan meminta seluruh elite bangsa memprioritaskan penanganan bencana. Namun bagi Idrus, komentar tersebut tidak hanya tidak tepat, tetapi juga tidak mencerminkan pemahaman utuh atas langkah konkret Golkar di lapangan.
“Seharusnya kita sebagai pimpinan parpol tidak saling menanggapi dengan sudut pandang sempit. Apalagi kalau hanya bicara dari Jakarta,” tegas Idrus. “Yang dibutuhkan sekarang bukan pernyataan yang menggiring opini seolah ada pihak yang tak peduli bencana. Justru Ketua Umum Golkar sudah bergerak pertama.”
Idrus menggarisbawahi bahwa jauh sebelum pernyataan Puan mencuat, Bahlil telah memberikan instruksi jelas kepada seluruh jajaran Partai Golkar di Aceh, Sumut, dan Sumbar untuk turun langsung membantu warga terdampak. “Bukan hanya instruksi. Golkar sudah menyalurkan bantuan miliaran rupiah. Tahap awal Rp 3 miliar, dan terus bertambah dari kader-kader di seluruh Indonesia,” ujarnya.
Idrus menyebut gagasan koalisi permanen yang disampaikan Bahlil pada HUT ke-61 Golkar bukanlah wacana bagi-bagi kursi, melainkan konsep kebersamaan bangsa. “Ini bukan politik praktis. Ini pendekatan fungsional. Rumah besar Indonesia harus dirawat bersama, bukan hanya ketika kamera menyala atau ketika suasana tenang,” katanya.
Idrus bahkan menyinggung ketua umum partai lain—tanpa menyebut nama—yang menurutnya terlalu sering memberikan komentar dari pusat, tetapi belum terlihat terjun langsung ke lokasi bencana.
“Yang dibutuhkan sekarang adalah keteladanan. Ketum Golkar turun. Menteri turun. Kader turun. Maka idealnya pimpinan parpol lain juga turun melihat langsung derita rakyat, bukan sekadar imbauan dari belakang meja,” ucap Idrus dengan nada meninggi.
Ia menegaskan bahwa gagasan Bahlil soal koalisi permanen—yang sempat ditanggapi dingin oleh Puan—justru lahir dari semangat menyatukan energi bangsa dalam situasi sulit. “Kalau mau menderita, mari menderita bareng. Kalau mau senang, senang bareng. Itu bukan politik. Itu moral,” tegasnya.
Idrus kemudian mempertegas bahwa respons terhadap bencana tidak boleh dijadikan panggung untuk menyindir atau menilai gagasan pihak lain. “Jangan salah tafsirkan gagasan besar. Jangan pula memberi kesan seolah ada pihak yang lebih peduli dari pihak lain. Ukur dari siapa yang benar-benar turun ke lapangan,” katanya.
Di bagian akhir, Idrus kembali menekankan ajakannya agar semua ketua umum parpol mengambil langkah nyata, bukan retorika. “Mari turun bersama, jangan hanya menyerukan dari Jakarta. Rakyat butuh aksi, bukan sekadar pernyataan,” tutupnya
(Anton)




















































