SUARAINDONEWS.COM, Jakarta-Perjalanan hidup dewa Budjana dalam bermusik telah menghasilkan ribuan tanggapan emosional baik itu Kebahagiaan maupun Kesedihan, dengan berani Dewa Budjana menghadapi berbagai macam tantangan dan rintangan bahkan sering mengalami situasi situasi yang sulit, banyak hal yang sudah di alami dan mampu diatasinya.
Dalam kondisi gonjang-ganjing itu kita perlu tempat yang teduh untuk melahirkan musikalisasi dalam Zentuary ini, ungkap Budjana di Jakarta. Rabu (16/11/2016)
Sebuah tawaran yang disodorkan kepada sesama seniman jazz yang terkandung gagasan, pemikiran, perenungan, keprihatinan, emosi, serta gejolak jiwa. Dan semua itu melalui melodi, lanjutnya.
Komunikasi gagasan lewat penafsiran rasa musikalisasi secara personal inilah yang jadi ruh dari Zentuary. Perbedaan latar belakang dari para musisi bisa meluluh, menjadi lebih mudah, karena dipertemukan melalui chord-chord mayor yang langsung bersentuhan dengan chord-chord minor, di sisi lain.
Zen dan Sanctuary, menjadi Zentuary, bagi Dewa Budjana merupakan rangkuman untuk memahami perjalanan hidupnya. Karena setiap awal pasti akan memiliki akhir. Zentuary sesungguhnya refleksi dirinya.
Untuk di ketahui bahwa Dewa Budjana diluar Gigi sudah memiliki sedikitnya 8 (delapan) album dan akhir tahun 2016 segera beredar album ke 9 dan album ke 10, direncanakan double album. Dimana 25 November 2016 nanti akan merilis sekaligus konser albumnya Zenctuary, di bawah label Favored Nations Entertainment, bekerjasama dengan Lemmon Production, di Taman Tebing Breksi, Yogyakarta.
Taman Tebing Breksi, sebuah cagar budaya yang sudah menjadi tempat destinasi wisata baru bagi wisatawan dari dalam maupun dari luar negeri.
Konser ini, diperuntukan untuk semua kalangan masyarakat lndonesia. Khususnya para penikmat musik baik pelajar, remaja, dewasa hingga orang tua dan penonton tidak dikenakan biaya alias gratis.
Selain Dewa Budjana, hadir pula musisi Saat Syah, Marthin Siahaan, Shadu Rasyidi, lrsa Deswiti, Demaz Narawangsa, Jalu Pratidina, Regu Danna, Sruti Respati, Asterika Widiantini dan berkolaborasi juga dengan sejumlah musisi Yogyakarta seperti Singgih Sanjaya dan Omah Gamelan. (THD, foto Muller)