SUARAINDONEWS.COM, Pangkalpinang
Dari Sentosa ke Tanjung Gunung
Singgah di Tuang Tao Membawa Cual
Inilah Pariwisata Bangka Belitung
Biar semua orang tau, Biar semua orang mengenal
Pariwisata Kepulauan Bangka Belitung telah ditetapkan Menteri Kebudayaan dan Pariwisata sebagai Destinasi Wisata setelah Bali dan Lombok, lantaran potensi wisatanya yang luar biasa baik wisata alamnya, warna budaya melayu dan tionghoanya yang kental, wisata kuliner dan kesejarahannya serta agro wisatanya.
Mulai dari Pemakaman Sentosa yang merupakan pemakaman terbesar se-Asia Tenggara dengan 11.470 makam didalamnya, menjadi betapa luar biasanya ketika perayaan Ceng Beng atau perayaan sembahyang kubur berlangsung. Tak ayal area dimana 11.470 makam ini berada bakal diselimuti oleh asap dupa gaharu. Perayaan yang berlangsung sekitar April dan Mei setiap tahunnya menjadi kewajiban pulang kampung untuk menghormati para leluhur. Sebuah ritual keagamaan yang memperkuat budaya yang khas ada di Pangkal Pinang ini.
Selanjutnya yang tak kalah menariknya adalah adanya sebuah danau yang terbentuk dari hasil penambangan timah dengan warna air danau hijau dan biru seperti yang ada di Danau Kelimutu. Danau yang berada di perbatasan wilayah Bangka Tengah dan Bangka Selatan ini dinamai Danau Kaolin. Warna hijau dan biru danau ini akibat perbedaan Ph atau tingkat keasaman dan kedalamannya. Danau yang mulai dikelola sejak tahun 2015 itu menjadi destinasi unik bagi para wisatawan.
Sebagai negeri kepulauan, Bangka Belitung setelah mengembangkan KEK Pariwisata Tanjung Selayar, kini juga telah menyiapkan KEK Pariwisata baru di Tanjung Gunung yang diberi nama Pan Semujur seluas 350 ha. Pantai landai dengan pasir putihnya itu terus berbenah diri dengan menyiapkan sejumlah cottage dan sarana jet ski air. Diperkirakan 2-3 tahun mendatang KEK Pariwisata Tanjung Gunung menjadi destinasi wisata potensial yang berbasiskan sport tourism.
Bahkan ketergantungan Kepulauan Bangka Belitung akan pasokan sayur mayur dan daging, menjadi trigger untuk menjadikan Bangka Botanical Garden, tidak hanya sebagai green house persemaian dan penghijauan terpadu untuk perusahaan – perusahaan tambang timah melalui CSRnya, namun menjelma menjadi Agrowisata dan Ekowisata di Pangkal Pinang. Dengan luasan 350 ha, lahan eks tambang ini sejak tahun 2003 dikelola secara baik dengan menyuburkannya kembali lewat media kompos dari sapi.
Tidak hanya Sapi dengan hasil turunannya yang dikelola, tapi Bangka Botanic Garden menjadi area perkebunan Jeruk Siamnya, Buah Naga, Sayur mayur untuk masyarakat, Ikan hias, hingga Sawit dan Kurma. Namun Replianto selaku manajer BBG memberi catatan bahwa 30 persen dari luasan lahan BBG dicadangkan untuk area resapan air. Bahkan kedepannya, selain sudah menyiapkan rumah -rumah panggung khas Bangka, BBG juga tengah melengkapinya dengan Outbound Area sehingga BBG sebagai destinasi wisata pilihan masyarakat dapat tercapai.
Dan di penghujung perjalanan wisata yang tak kalah asyiknya yakni menikmati kuliner khas Bangka Belitung seperti Lempah Kuning, Martabak dan pastinya ngopiii keren di Warung Kopi dan Roti Bakar Tung Tao. Warung Kopi yang sudah memasuki generasi ketiga ini menjadi tempat kuliner yang banyak diminati wisatawan maupun masyarakat penggemar kopi. Tung Tao terus berinovasi, nggak cuma kopi dan roti bakar yang dapat dinikmati, Wedang Uwuk pun bisa dinikmati disana bersama esteemje yang hangat mantap itu, sambil ditemani Roti Brunie rasa labu kuning, telor asin, dan ayam.
Warung Kopi dan Roti Bakar Tung Tao malam itu pun menjadi tempat yang asyik juga untuk berbincang soal Tenun Cual, bersama Hj. Melati Erzaldi SH, yang juga Ketua Dekrasnada Kep.Bangka Belitung, kain leluhur orang tua di Bangka Belitung ini mulai punah karena pengerajinnya mulai sedikit, material bahannya juga makin sulit dan pembelinya juga makin sedikit. Harga kain tenun Cual yang tradisional di bandrol dengan nilai mulai dari Rp 3 jutaan hingga Rp 40 jutaan.
Melalui Dekranasda Kep.Bangka Belitung, kain tenun Cual mulai di petakan bersama Wignyo dari Dekranas Pusat dan sebuah universitas swasta di Jakarta, agar dapat berkembang dengan baik serta mampu menghidupi secara ekonomi para pengrajinnya. Bahkan telah didorong pula lahirnya Pergub untuk mewajibkan memakai kain tenun Cual di hari-hari kerja tertentu. Motif kain tenun Cual beragam namun umumnya bermotifkan flora dan fauna bahkan ada pula yang bermotifkan Lada, hasil pertanian unggulan Bangka Belitung. Seperti diketahui kain tenun Cual masih dikerjakan dengan menggunakan Alat Tenun Bukan Mesin, dan beberapa prosesnya masih dilakukan dengan cara-cara tradisional.
Kearifan lokal wisata di Bangka Belitung menjadi penting sebagai kekuatan tawarnya untuk menuju kemajuan. Dari Leluhur kembali ke Leluhur, dari kain tenun Cual ke negeri penuh damai Sentosa. Alam Kepulauan Bangka Belitung telah memberikan segalanya, kini saatnya mempersiapkannya untuk mengembalikan ke asalnya. Johan Aping mengingatkan itu pada kita penggiat pariwisata Bangka Belitung. Dari Alam kita ambil, Dari alam pula kita kembalikan.
(tjoek; foto Tim41