SUARAINDONEWS.COM, Jakarta-Berangkat dari temuan Badan Nasional Pencegahan Terorisme (BNPT) yang menemukan enam Perguruan Tinggi Negeri terpapar paham radikalisme dan intoleran, DR.H.Ahmad Basarah MH, Wakil Ketua MPR RI didepan mahasiswa dan mahasiswi baru Universitas Sahid Jakarta dalam kegiatan Perkuliahan Perdana pada 10 September 2019 di Jakarta, menegaskan bahwa setiap kampus di Indonesia wajib mencegah dan menghindari kaum intelektual muda Indonesia agar terhindar dari paham radikalisme dan intoleran.
Ahmad Basarah juga menyayangkan universitas negeri yang notabene dibiayai oleh APBN justru terpapar paham yang akan merongrong Pancasila, keBhinnekaan Tunggal Ika serta Negara Kesatuan Republik Indonesia. Oleh karenanya dirinya berharap di universitas yang didirikan dan dikelola oleh Wiryanti Sukamdani, yang juga salah satu Ketua DPP PDI Perjuangan dapat menjauhi para calon intelektual mudanya dari paham radikalisme dan intoleran yang jelas jelas ingin mengganti dasar ideologi Pancasila dengan Khilafah.
Lebih lanjut dalam Kuliah Umum Kebangsaan ini, diungkapkan Ahmad Basarah bahwa calon calon pemimpin bangsa ini jangan terjangkiti radikalisme maupun ekstrimis agama sehingga harus diperkuat kesadarannya akan anti radikalisme dan intoleransi dalam memperkuat keunggulan generasi penerus bangsa. Karena ancaman ancaman intoleransi di sekitar kita terus terjadi dan nyata adanya. Para ekstrimis agama itu terus mempengaruhi alam fikir para generasi muda, para mahasiswa baru yang tengah mencari jati diri ini.
“Mereka tak akan berhenti untuk mem-brainwashing dan mengindoktrinasi di luar Pancasila yang kita miliki. Oleh karenanya kantong kantong intelektual semacam ini harus terus melahirkan kaum intelektual yang mencintai bangsanya. Harus pula ditanamkan pada generasi muda ini orientasi nilai nilai semangat kebangsaan dan keragaman dalam satu tarikan nafas,” jelas Basarah penuh semangat.
Perlu dipahami bahwa intoleransi adalah sebuah faham yang tidak mengakui adanya perbedaan, keragaman, kesukuan, keagamaan serta keyakinan yang telah lama hidup di bumi tercinta Indonesia. Keragaman Indonesia adalah takdir dari bangsa yang majemuk ini. Bahkan sejak kemerdekaan Indonesia 17 Agustus 1945, bangsa ini bangsa yang majemuk. Dan sekarang ada sebagian kecil dari bangsa ini yang menyebarkan paham intoleransi.
“Mereka terus berkampanye, berpropaganda tentang sikap sikap intoleran secara Terstruktur, Sistematis dan Massif melalui berbagai media yang diarahkan kepada generasi muda, generasi yang baru tumbuh, generasi yang masih mencari eksistensi dirinya. Tujuannya hanya satu untuk menjadikannya sebagai ekstrimis agama dan para teroris. Dengan demikian generasi generasi muda ini harus tetap ditanamkan pendidikan yang bersumbu pada nilai nilai Pancasila didalam bentuk bentuk pengajarannya,” tutup Basarah seraya mengingatkan.
(tjo; foto; agoes