SUARAINDONEWS.COM, Jakarta-Pertumbuhan entrepreneur diberbagai sektor sangat pesat. Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2016 mencatat kenaikan 4 juta entrepreneur dalam kurun waktu 10 tahun belakangan. Dan satu sektor yang mengalami pertumbuhan paling pesat diantaranya startup digital. Namun, kuantitas entrepreneur saja tentunya tidak cukup untuk membantu menyokong pertumbuhan ekonomi tanah air. Endeavor Indonesia, organisasi nirlaba yang fokus pada pengembangan high impact entrepreneur, melihat tren ini sebagai peluang dan sekakigus tantangan.
Harun Hajadi, Endeavor Indonesia Board Chairman mengungkapkan bahwa,
banyak entrepreneur yang membuat bisnis, namun akhirnya tidak mampu menghadapi tantangan persaingan yang tinggi dan kemudian mati suri. Oleh karenanya kualitas kewirausahaan lebih penting daripada kuantitas. Entrepreneur harus mampu memberikan dampak terhadap masyarakat, menyokong ekosistem kewirausahaan, dan menjadi katalisator bagi ekonomi.
Seperti diketahui 19 Endeavor Entrepreneur dari 17 perusahaan mampu menciptakan sebanyak 6.340 lapangan pekerjaan baru dengan kontribusi ekonomi sebesar IDR 2,2 triliun di tahun 2015. Dan saat ini Endeavor Indonesia sudah memiliki 35 entrepreneur dari 28 perusahaan di dalam jaringannya.
“Kami percaya bahwa high impact entrepreneur dapat menciptakan siklus kewirausahaan kondusif, yang secara jangka panjang mampu berkontribusi terhadap pembangunan ekonomi Indonesia yang berkelanjutan. Scale-Up Indonesia hadir sebagai wadah untuk membangun ekosistem kewirausahaan yang lebih kuat dan mendukung lebih banyak lagi high impact entrepreneur,” lanjut Harun.
Scale-Up Asia 2017 merupakan solusi untuk memperkuat ekosistem kewirausahaan Indonesia. Dimana Endeavor Indonesia mempertemukan lebih dari 1.000 orang entrepreneur muda, dengan CEO, investor, pebisnis, tokoh pemerintahan terkemuka di Indonesia untuk berdiskusi dan mengembangkan jaringan demi usaha mencetak high impact entrepreneur.
Sementara Kepala Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf), Triawan Munaf mengingatkan bahwa kewirausahaan dan ekonomi kreatif sudah menjadi salah satu dari 10 sektor utama di Indonesia. Pada tahun 2013, sektor ini berkontribusi 7,05% pada GDP nasional dan diprediksi akan meningkat hingga 12% pada tahun 2019 nanti.
Namun demikian, tidak bisa menutup mata bahwa entrepreneur di Indonesia khususnya di industri kreatif masih menghadapai berbagai tantangan dalam mengakselerasi bisnisnya. Beberapa tantangan tersebut di antaranya sulitnya mengakses permodalan, rendahnya kepercayaan investor, keterbatasan manajemen yang berkualitas, minimnya role model serta kurangnya akses terhadap network, jelas Triawan.
“Kami yakin program yang membuka akses ke mentorship dan networking s eperti Scale-Up Asia yang diselenggarakan oleh Endeavor ini akan membantu pertumbuhan ekonomi kreatif di Indonesia,” sambungnya lagi.
Bekraf pada 2016 lalu menggagas program BEKUP (BEKRAF for Pre-Startup) yang bertujuan untuk meningkatkan jumlah startup berkualitas di Indonesia. Program ini membekali calon pendiri startup dengan keterampilan dan pengetahuan yang dibutuhkan sehingga dapat meminimalisir kegagalan.
Bekraft melihat program Scale-Up Asia yang diselengggarakan Endeavor masih ada korelasinya dengan program BEKUP. Dimana startup tidak hanya dibekali agar dapat mendirikan dan mempertahankan bisnis yang berkualitas, tetapi juga difasilitasi agar dapat mengembangkan bisnisnya ke tingkat yang lebih lanjut sehingga memberikan dampak ekonomi yang lebih besar dan menjadi inspirasi yang berkontribusi mencipatakan iklim kewirausahaan yang sehat.
Seperti diketahui, lebih dari 50 pemimpin bisnis, entrepreneur, dan praktisi bergabung sebagai mentor dalam jaringan Endeavor Indonesia seperti Husodo Angkosubroto (Pimpinan PT. Gunung Sewu Kencana), Suzy Hutomo (Pimpinan The Body Shop Indonesia) dan Martin Gil (Presiden Direktur Coca Cola Indonesia). Disamping beberapa entrepreneur yang telah menjadi Endeavor Entrepreneur seperti Niki Luhur (Kartuku), Aldi Haryopratomo (RUMA – Rekan Usaha Mikro Anda), Arief Widhiyasa (CEO Agate Studio), Anton Wirjono (CEO The Goods Dept), Gibran Huzaifah (CEO eFishery), Odi Anindito (Managing Director Coffee Toffee), dan Hanifa Ambadar (CEO dan pendiri Female Daily Network).
(gha; foto ist