SUARAINDONEWS.COM, Jakarta-Direktur Eksekutif IndoBarometer Mohammad Qodari menilai aksi demo pada Jumat (4/11/2016) membawa empat kepentingan yaitu tersinggung pernyataan Gubernur Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) terkait Almaidah 51, kaum miskin kota yang terdampak akibat kebijakan Ahok di Jakarta, untuk jatuhkan elektabilitas Ahok dalam Pilkada, dan kepentingan lawan-lawan politik Jokowi-JK agar elektabilitas pemerintahannya turun.
“Apalagi Bachtiar Nasir selalu bilang Jokowi menciptakan pemimpin kafir di Solo, dan juga di Jakarta. Habib Rizieq pun menyebut Wiranto menjadi Wiranti karena Hanura mengusung Ahok dalam Pilkada DKI,” tegas Qodari dalam dialektika demokrasi ‘Siapa Aktor Demo 411’bersama
Wakil Ketua DPR RI Fahri Hamzah di Gedung DPR RI Jakarta, Selasa (8/11/2016).
Sementara Fahri Hamzah berpendapat aksi demo damai 4 November lalu yang berakhir rusuh itu bukan “kudeta yang gagal”. Demo yang dihadiri ratusan ribu itu merupakan gerakan massa yang marah lantaran pemerintah dianggap lambat dan cenderung melindungi kasus Gubernur petahana DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama atas dugaan penistaan agama.
“Jadi tidak benar kalau itu kudeta. Selama TNI tidak sepakat, maka tak ada yang namanya kudeta. Seperti di Thailand, Mesir, Turki, Philipina dan lain-lain, “ katanya.
Fahri pun meminta agar pemerintah tak menggunakan lagi terminologi Orde Baru, yang menuding adanya aktor politik yang menunggangi aksi demonstrasi 4 November lalu. “Demo 4 November itu tak bisa ditunggani. Kalau tak ada bukti kuat untuk menjatuhkan presiden, jangan bilang ditunggangi, “ katanya.
Sebaliknya Fahri menilai Presiden Jokowi yang ditunggangi, karena proses hukum terhadap Ahok berjalan lambat. Tapi, pihaknya tidak akan menanggapi tuduhan tunggangan politik tersebut kalau belum definitif. “Kalau tuduhan itu definitif, baru saya akan tanggapi. Jangan sampai presiden menerima informasi dari sumber yang tidak jelas,” ujarnya.(EK/Bams)