SUARAINDONEWS.COM, Jakarta-Memasuki tahap penyelesaian design secara keseluruhan dari pesawat R80 (Regional dengan kapasitas 80 penumpang, red) warisan dari almarhum Presiden BJ Habibie untuk bangsa dan rakyat Indonesia. Project Industri Strategis Indonesia R80 ini dilanjutkan, demikian ditegaskan Ilham Habibie saat didampingi Desra dan Doddy Widjojonitisastro, di Hall A2, Kemayoran, Jakarta.
Project industri strategis ini merupakan project bagi kepentingan bangsa, project yang menjawab kebutuhan bangsa ini kedepan. Sekaligus bagian penting dari peningkatan ekonomi masyarakat nanti. Apalagi sumber daya manusia Indonesia sudah sangat mumpuni untuk membuat sebuah pesawat. Mulai dari CN 235, N250 dan kini R80. Padahal banyak negara menginginkan memiliki pesawat namun tak memiliki sumber daya manusianya dan SDM Indonesia memilikinya, tambah Ilham Habibie.
Dan memang hal yang lazim di industri pesawat terbang, bahwa spareparts seperti baling baling, engine, avionic, atau propheler, dibeli dari luar negeri dan bisa darimana saja. Sedangkan bentuk serta kenyamanan tempat duduk penumpang di pesawat tergantung maskapai penerbangannya. Jadi hanya soal struktur pesawat keseluruhan dibuat di Indonesia, ungkap Ilham Habibie.
Oleh karenanya, design secara keseluruhan dari R80 tersebut baru merupakan, satu tahap dari lima tahap yang harus dilalui oleh project senilai Rp. 1.6 Miliar US dollar. Dimana R80 diharapkan selesai serta baru bisa diterbangkan tahun 2024 nanti. Sementara di tahun 2026 diharapkan proses sertifikasi layak terbangnya bisa diperoleh, sehingga bisa memenuhi kebutuhan pasar di dalam negeri sendiri, Indonesia, ditambahkan Doddy Widjojonitisastro selaku perwakilan investor project Pesawat R80.
“Saya mewakili investor sangat percaya R80, karena spirit Habibie masih ada. Bahkan desainnya dirancang langsung oleh BJ.Habibie,” ungkap Doddy lagi.
Fase langkah demi langkah ini terus diselesaikan mengingat Indonesia merupakan pasar terbesar pesawat terbang. Dengan negara kepulauan terbesar di dunia, pesawat R80 sangat memiliki prospek. Jarak landasannya yang pendek (1,3 km), dengan mesin propheler dua baling baling yang aman, hemat, serta hanya membutuhkan infrastruktur bandara yang tidak terlalu luas, bahkan maintance-nya pun mudah karena diproduksi sendiri, lanjut Doddy.
Sementara Desra sebagai bagian dari investor R80, menjelaskan bahwa R80 merupakan wasiat BJ Habibie, dan prioritas Presiden Jokowi di masa kedua pemerintahannya ini, semoga itu lebih cepat terwujud. Dan pilihan pesawat propheler pastinya jauh lebih murah dibandingkan harga sebuah pesawat jet dan bisa dibangun oleh semua daerah di Indonesia. Sehingga berakibat perputaran bisnisnya jadi lebih cepat. Hadirnya R80 bisa mempercepat roda ekonomi dan bisnis. Dengan kecepatan 300 nautikal miles di ketinggian 25.000 kaki, R80 sangat menjanjikan lantaran mampu menutupi pasar yang tidak bisa ditutupi oleh Airbus dan Boeing.
“Jadi dilihat dari prespektif bisnis sangat dibutuhkan Indonesia. Apalagi dengan kepulauan yang ada, demand pasti besar. Marketnya ada. Bahkan sejumlah investor dari luar seperti Timur Tengah, Eropa dan Asia, like this ideas. Jadi bisnis ini ada untuk kebutuhan Indonesia. R80 pure bisnis tanpa ingin membebani pemerintah. Namun sebagai industri strategis negara, kontribusi langsung atau tidak langsung dari pemerintah tentunya pasti ada,” tutup Doddy Widjojonitisastro.
(pung; foto ck