SUARAINDONEWS.COM, Ende-Mengetengahkan busana tradisional Ende dalam Parade Busana Nusantara menjadi identitas pemersatu pada Festival Adat dan Budaya untuk Perdamaian
yang diinisiasi Kemendesa, PDT dan Transmigrasi di Kabupaten Ende, Rabu (06/08) di depan situs bersejarah rumah pengasingan Presiden Pertama Republik Indonesia Ir. Soekarno di Kecamatan Ende Selatan.
Tak kurang dari 3.000 warga mengikuti Parade Busana Nusantara, yang sekaligus menandai pembukaan Festival Adat dan Budaya untuk Perdamaian. Seperti diketahui, busana tradisional merupakan salah satu adikarya dan identitas suatu suku bsngsa, pada realitasnya terus terpinggirkan oleh busana modern yang menjadi bagian dari gaya hidup masyarakat modern yang serba instan dan praktis. Penyelenggaraan Parade Busana Nusantara 2019 ini menjadi salah satu cara mewujudkan visi Kabupaten Ende untuk mewujudkan karakteristik Kabupaten Ende lewat membangun dari Desa dan Kelurahan.
Oleh karenanya melalui Parade Busana Nusantara, sekaligus memperkenalkan busana tradisional dari daerah Ende dan nusantara kepada masyarakat khususnya generasi muda. Dan keragaman budaya ini membuat masyarakat saling melengkapi untuk memotivasi dalam membangun bangsa dan daerahnya, jelas Gerson, Staf Ahli Wakil Bupati Ende saat menyampaikan pesan tertulis Wabup Ende.
Bentuknya yang sangat khas, wujudnya yang sarat makna dan kaya dengan simbol simbol. Menunjukkan adi karya dari warisan leluhur secara totalitas yang mengandung pesan moral, kearifan lokal, juga tradisi yang diwariskan. Ini menjadi tugas bersama, khususnya bagi generasi muda untuk terus melestarikan busana tradisional. Karena melalui busana tradisional adalah bagaimana memahami sebuah identitas dari suatu komunitas budaya yang pernah ada dan tetap eksis menapaki tiap detak dari kehidupan, lanjut Gerson.
Sementara Soegito S.sos, MH selaku Sesditjen Pengembangan Daerah Tertentu, Kemendesa, PDT dan Transmigrasi melihat melalui busana tradisonal sejatinya merupakan totalitas dari potret kehidupan dan identitas suatu komunitas budaya. Dan keragaman budaya lewat busana daerah, yang memiliki keindahan corak, warna dan bentuk merupakan modal bagi daerah dalam menjalin persatuan dan kesatuan dalam kebersamaan serta perbedaaan.
Karakter dasar ini telah ada dalam setiap etnis pada setiap komunitas di Kabupaten Ende yang telah terbukti mampu di jaga, di pelihara dan dikembangkan demi terwujudnya hidup bersama dari waktu ke waktu, ungkap
Soegito S.sos, MH lebih jauh.
Tampak hadir pula para pejabat dari Kementerian Desa, PDT dan Transmigrasi, Dandim 1602 Ende, Wakapolres Ende, dan Pimpinan SKPD Kabupaten Ende. Kegiatan festival di buka pada pukul 16.00 Wita di awali dengan pelepasan balon udara kemudian dilanjutkan dengan kirab sejauh 1 km yang finish-nya di depan lapangan Pancasila Kota Ende.
Adapun puncak Festival Pranata Adat dan Budaya berlangsung malam hari (6/8/2019) yang di isi dengan beragam pementasan seni tradisional, doa lintas agama dan pembacaan Deklarasi Damai yang di buka Soegito S.sos, MH Sesditjen PDTU Kemendesa PDT dan Transmigrasi, yang dimana secara keseluruhan kegiatan ini mencerminkan adanya keanekaragaman, adanya solidaritas yang dibangun dan toleransi yang dikembangkan, pungkas Teguh Hermawan S.IP, Kasubdit Wilayah III, Direktorat Penanganan Daerah Pasca Konflik.
(tjo; foto dok