SUARAINDONEWS.COM,Jakarta-Ketua DPD RI AA LaNyalla Mahmud Mattalitti mengutuk keras tragedi pembantaian yang diduga kuat dilakukan kelompok Mujahidin Indonesia Timur (MIT) di Kabupaten Sigi, Sulawesi Tengah (Sulteng) yang menewaskan satu keluarga.
“Aksi teror itu sudah di luar batas kemanusiaan. Saya, AA LaNyalla Mahmud Mattalitti, Ketua DPD RI, mengutuk keras perbuatan keji pembunuhan yang diduga kuat dilakukan kelompok teroris MIT yang menewaskan 4 orang di Sigi,” ujarnya di Jakarta (1/12).
Sementara Pemerintah melalui Menko Polhukam Mahfud MD mengutuk keras dan mengejar pelaku pembantaian di Sigi,Sulawesi Tengah. Pemerintah juga menyatakan duka yang mendalam kepada para korban dan keluarganya atas kejadian tersebut.
“Perbuatan tersebut keji dan di luar batas nalar kemanusiaan dan meminta masyarakat tak terprovokasi. Perbuatan keji tersebut tidak terkait SARA melainkan murni aksi teror. Kelompok teroris ini ingin merusak persatuan dan kesatuan Indonesia. Pembunuhan sadis itu dilakukan untuk menciptakan teror. Pembantaian yang dilakukan kelompok ini untuk merusak persatuan dan kerukunan bangsa,” sebutnya lagi.
Sedangkan pemerintah akan melakukan tindakan tegas dan memburu pelaku melaui Tim atau Satgas Operasi Tinombala terhadap para pelaku kekejian dan kebengisan terhadap suatu kelurga yang menyebabkan terbunuhnya 4 orang di Sigi, ujar Menko Polhukam Mahfud MD.
Menurut Mahfud, pemerintah sesuai perintah Presiden telah melakukan langkah-langkah,melakukan pengejaran serta pengepungan terhadap tempat yang dicurigai memiliki keterkaitan dengan para pelaku. Pemerintah juga sudah melakukan langkah-langkah untuk melakukan pengejaran, tadi tim Tinombala sudah menyampaikan tahap tahap yang dilakukan untuk mengejar pelaku dan melakukan isolasi serta pengepungan terhadap tempat yang dicurigai ada kaitan dengan para pelaku, lanjut Mahfud MD.
Aksi teror MIT pimpinan Ali Kalora itu terjadi pada Jumat (27/11) pekan lalu di Desa Lembatongoa, Kecamatan Palolo, Kabupaten Sigi, Sulteng. Empat orang korban pembantaian adalah keluarga petani yaitu kepala keluarga bernama Yasa, istri Yasa, putri Yasa, dan menantu Yasa. Kondisi korban pembunuhan Ali Kalora sangat mengenaskan. Ada korban yang kepalanya ditebas, hingga dibakar. Sebagian keluarga korban berhasil lari menyelamatkan diri ke hutan.
LaNyalla menyampaikan rasa duka cita kepada keluarga korban pembantaian kelompok teroris MIT dan meminta aparat terus mengejar pelaku aksi teror tersebut. Yakinlah, Polri yang dibantu oleh TNI dalam Satgas Tinombala akan mengejar pelaku hingga tertangkap. Kita harus terus mendukung tim tersebut untuk menumpas teroris MIT, tegas LaNyalla.
Buntut aksi teror di Sigi, ada 150 kepala keluarga (KK) yang mengungsi meninggalkan permukiman tempat tinggal mereka. Warga ketakutan pelaku teror datang kembali ke permukiman warga untuk melakukan pembantaian. Kepada TNI/Polri dan Pemda, LaNyalla meminta agar warga mendapat kepastian keamanan.
“Baik Pemprov maupun Pemkab harus menjamin keselamatan dan kesejahteraan warga yang mengungsi ini. Pendampingan trauma healing untuk warga, khususnya keluarga korban, wajib ada setiap saat di pengungsiaan,” tuturnya.
LaNyalla meminta anggota DPD Dapil Sulteng melakukan pendampingan kepada warga korban teror di Sigi. Selain itu, koordinasi dengan pemerintah daerah (pemda) harus setiap saat dilakukan. Para senator di Sulteng harus turun ikut menangani pasca-tragedi pembantaian sadis oleh kelompok teror. Harus memastikan kebutuhan masyarakat sudah terpenuhi. Koordinasi selalu dengan Pemda apa saja yang diperlukan oleh warga, jelas LaNyalla.
Menurut pemerintah memang pelakunya adalah Mujahidin Indonesia Timur. Kelompok Mujahidin Indonesia Timur ini adalah sisa sisa kelompok Santoso yang sekarang masih tersisa beberapa orang lagi, dan operasi Tinombala, atau Satgas Tinombala sedang mengejar sekarang, tambah Mahfud.
Atas peristiwa ini, berharap para pimpinan umat beragama khususnya di Sulawesi Tengah, tetap jalin silaturrahim agar masyarakat tidak terprovokasi isu-isu sara. Dan sejatinya agama apapun hadir untuk membangun perdamaian. Terus melakukan silaturahim, untuk tidak terprovokasi oleh isu-isu sara. Karena sebenarnya yang terjadi bukan disebuah gereja, tetapi memang di sebuah tempat yang selama ini secara tidak rutin menjadi tempat pelayanan umat. (tjoek