SUARAINDONEWS.COM, Jakarta-Kesehatan dan kebahagiaan para Lanjut Usia (Lansia) di Indonesia yang berjumlah 21 juta orang (11 juta lebih wanita dan 10 juta lebih pria, itu, red) harus diciptakan dan jangan ada lagi Lansia yang mengalami kekerasan. Oleh karenanya Kegiatan Gerakan Sayangi Lansia, sesungguhnya bentuk upaya penuh pemerintah untuk mengajak masyarakat di seluruh Indonesia untuk menyayangi dan membahagiakan orang tua kita.
Demikian hal tersebut terungkap saat Prof.DR.Yohana Susana Yembise,DIP.APLING,MA. Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak RI, yang didampingi Deputi Bidang Perlindungan Hak Perempuan Kementrian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak RI, Prof dr Vennetia R Danes Msc PhD seusai pencanangan Gerakan Sayangi Lansia oleh Kementerian Perempuan dan Perlindungan Anak Republik Indonesia (KPPPA RI) di Gedung Teater, TMII, Jakarta Timur, Sabtu (8/12/2018).
Pencanangan GSL yang dilanjutkan dengan penandatanganan komitmen yang dilakukan bersama itu, turut menggarisbawahi bahwa Kementerian PPPA merasa sudah saatnya para lansia menjadi perhatian penuh oleh pemerintah. Apalagi mereka (lansia) kerap mengalami beban ganda yang besar, artinya dalam rumah, dalam keluarga, mereka merasa masih belum diperhatikan secara optimal oleh anak-anak mereka, walaupun mereka sudah lanjut usia, jelas Yohana S.Yembise.
Sedangkan Deputi Perlindungan Hak Perempuan KPPA Prof dr Vennetia R Danes Msc PhD menegaskan bahwa pencanangan Gerakan Sayangi Lansia yang dihadiri 1.000 lansia seJabodetabek, Bandung, Banten dan Garut itu, sebagai bagian dari rangkaian 16 Hari Anti Kekerasan terhadap Perempuan 2018.
“Karena wanita Lansia yang kerap mengalami kekerasan umumnya tidak mau melapor, bahkan tidak tahu harus melapor kemana dan kepada siapa,” lanjut Vennetia.
Kementerian Perempuan dan Perlindungan Anak Republik Indonesia (PPPA), Yohana Yambise, mengungkapkan pengalamannya saat di Australia, di mana para lansia dibuatkan program pelesiran dengan menikmati perjalanan sambil bernyanyi, makan bersama, serta perlombaan. Oleh karenanya dirinya berkeinginan dapat membuat program pelesiran khusus lansia di setiap Sabtu Minggu.
“Itu yang belum ada di Indonesia, saya minta ke depan buat sebanyak-banyaknya. Ini adalah mimpi-mimpi kita ke depan,” tambah dia.
Yohana pun menyadari bahwa Kementerian PPPA masih kurang memberikan perhatian lebih para lansia. Untuk itu, dengan dicanangkan Gerakan Sayangi Lansia (GSL) nantinya akan banyak program untuk para lansia. Sudah saatnya para lansia menikmati hidup di masa tuanya. Saatnya enjoy life. Sudah saatnya para orang tua kita itu diajak ke taman taman, bioskop dan sebagainya, walapun memakai kursi roda. Karena yang terpenting para lansia harus menikmati hidup mereka. Dan kita semua juga akan menjadi seperti mereka, urainya.
Disisi yang lain, Yohana Yambise juga mengakui Kementeriannya belum banyak memperjuangkan kebutuhan maupun program yang diperlukan oleh para penyandang Difabel. Kita belum banyak menjangkau program-program secara langsung kaum disabilitas dan itu menjadi perhatian kita, ke depannya. Termasuk derasnya pembangunan infrastruktur yang digenjot oleh pemerintah juga belum memberikan rasa aman bagi difabel saat di ranah publik atau fasilitas umum. Ada 4 indikator SDM yang sangat diperhatikan di negara-negara maju, Pertama, perempuan, lalu kedua adalah anak, ketiga adalah lansia dan keempat disabilitas.
“Ini adalah mimpi-mimpi kita ke depan. Semoga suatu saat Indonesia dapat maju, berkembang, bebas dari kemiskinan,” tutup Menteri asal Papua itu.
(Tjo; foto ylee