SUARAINDONEWS.COM, Washington DC – Joe Biden pada Rabu (20/1/2021) dilantik menjadi Presiden ke-46 Amerika Serikat (AS) menggantikan Donald Trump, presiden penuh kontroversi dalam sejarah AS..
Pelantikannya di Washington DC menjadi yang paling sederhana bagi AS, terutama karena pandemi Covid-19 serta kekhawatiran soal keamanan, setelah massa pendukung Trump menyerbu gedung Kongres AS, Capitol, pada 6 Januari lalu
Dengan meletakkan tangan di atas Alkitab pusaka yang dimiliki keluarganya selama lebih dari satu abad, Biden menyatakan sumpah jabatan Presiden AS.
Pengambilan sumpah Biden dipandu oleh Ketua Mahkamah Agung John Roberts, tepat setelah tengah hari pada Rabu.
Biden bersumpah untuk “melestarikan, melindungi, dan mempertahankan Konstitusi Amerika Serikat.” Biden yang kini berusia 78 tahun menjadi Presiden tertua dalam sejarah AS.
Biden mengajak masyarakat AS yang terpecah-belah untuk memperbaiki persatuan. Presiden AS ke-46 itu mewarisi Amerika yang terpecah-belah, diguncang krisis ekonomi, dan pandemi virus corona yang telah menewaskan 400 ribu orang warganya.
Dalam pidatonya yang menandai berakhirnya masa jabatan Trump yang penuh gejolak, ia menawarkan pesan-pesan persatuan.
“Untuk mengatasi tantangan-tantangan ini, memulihkan jiwa, dan mengamankan masa depan Amerika, banyak diperlukan dibandingkan hanya kata-kata, itu membutuhkan hal yang paling sulit dipahami dari demokrasi, yaitu persatuan,” kata Biden.
“Kami harus akhirnya perang tak beradab yang mempertemukan merah lawan biru, desa lawan kota, konservatif lawan liberal, kami bisa melakukan ini jika kami membuka jiwa kami alih-alih memperkeras hati kami,” tambahnya.
Tema pidato Biden sepanjang 21 menit itu mencerminkan apa yang menjadi pusat perhatiannya selama kampanye pemilihan presiden. Ia membentuk citranya sebagai pemimpin yang penuh empati sangat berbeda dari Trump yang memecah-belah.
Ia berjanji untuk segera mengambil tindakan segera setelah memasuki Gedung Putih. Biden segera menandatangani sejumlah perintah eksekutif untuk mengubah kebijakan-kebijakan Trump yang paling kontroversial.
Biden mewajibkan pemakaian masker di semua properti pemerintah federal. Ia membawa AS bergabung kembali ke Perjanjian Iklim Paris dan mencabut larangan masuk imigran dari negara mayoritas Muslim.
Pada wartawan Biden mengatakan Trump meninggalkan ‘surat yang sangat baik’. Akan tetapi ia tidak akan membukanya hingga berbicara dengan Trump.
Beberapa jam sebelumnya, Trump meninggalkan Gedung Putih. Ia untuk terakhir kalinya terbang dengan pesawat kepresidenan, Air Force One, menuju resor miliknya, Mar-a-Lago, di Florida.
Trump menolak bertemu dengan Biden atau menghadiri pelantikan penggantinya itu–yang berarti melanggar tradisi politik di AS. Tradisi tersebut dianggap sebagai isyarat yang menegaskan peralihan kekuasaan secara damai.
Trump, yang tidak mengakui kekalahan dalam pemilihan presiden AS 3 November 2020, tidak menyebut nama Biden dalam sambutan terakhirnya sebagai Presiden pada Rabu pagi. Ia memuji rekor pemerintahannya dan berjanji akan kembali “dalam beberapa bentuk.”
Tokoh-tokoh terkemuka Partai Republik, termasuk Wakil Presiden Mike Pence dan pemimpin partai di Kongres, menghadiri pelantikan Biden bersama mantan Presiden AS Barack Obama, George W Bush, dan Bill Clinton.
Tinggalkan Gedung Putih
Presiden Amerika Serikat ke-45 Donald Trump, pada Rabu (20/1/2021), resmi meninggalkan Gedung Putih untuk terakhir kalinya menjelang upacara pelantikan Joe Biden.
Jabatan kepresidenan adalah “kehormatan besar” dan “kehormatan seumur hidup,” kata Trump kepada wartawan sebelum naik helikopter. Dia menambahkan harapannya bahwa “ini bukan perpisahan jangka panjang.”
Trump akan menghadiri upacara perpisahan di Pangkalan Bersama Andrews di Maryland di mana dia diharapkan untuk memberikan pidato. Setelah itu dia akan menuju ke negara bagian Florida untuk memulai kehidupan pribadi pasca-kepresidenannya.
Trump sebelumnya mengumumkan dia tidak akan menghadiri pelantikan Biden, sesuatu keputusan yang melanggar tradisi sejak hampir 200 tahun lalu. Biasanya, presiden yang selesai masa jabatannya dan presiden terpilih datang ke gedung Capitol bersama-sama untuk mengikuti upacara pelantikan untuk menunjukkan penyerahan kekuasaan AS.
Tradisi tersebut telah ada “dengan sedikit pengecualian” sejak 1837, menurut Komite Kongres Gabungan tentang Upacara Pelantikan. Di akhir masa jabatannya Trump dituding sebagai penyebab terjadinya penyerbuan ke gedung Capitol oleh pendukung fanatiknya.
Akibatnya Trump menghadapi proses pemakzulan kedua, satu-satunya Presiden AS yang dua kali menghadapi proses pemakzulan di Dewan Perwakilan AS. (wwa)
Sumber: Reuters