SUARAINDONEWS.COM, Jakarta-Sebuah tonggak baru dalam sejarah perfilman Indonesia tengah dibuat oleh para stakeholder perfilman Indonesia dan di pemerintahan daerah DKI Jakarta, dengan menghadirkan Bioskop Rakyat atau bioskop bagi masyarakat menengah ke bawah, yang berada di lantai 3 Pasar Teluk Gong, Jakarta Utara.
Diinisiasi Perumda Pasar Jaya bersama Kaena Films, BeKraft dan PT Wijaya Tirta Sarana, satu dari dua Bioskop Rakyat yang bakal hadir di Jakarta ini tengah dibangun untuk memberikan akses sebesar besarnya kepada masyarakat menengah kebawah untuk dapat menikmati film film Indonesia yang bermutu.
Demikian hal tersebut tersirat dalam paparan Sekretaris Daerah DKI Jakarta, Dr.H.Saefullah M.Pd, yang meminta film film yang dihadirkan nanti merupakan film yang bermutu dan bersemangat cinta kebhinnekaan Indonesia serta dikelola dengan baik secara profesional dan bisnis untuk bisa mengundang lebih banyak lagi investasi, saat Ground Breaking Pembangunan Bioskop Rakyat dan Tahap II Pembangunan Pasar Teluk Gong (23/11) di Teluk Gong, Jakarta Utara.
Dimana ground breaking juga dihadiri oleh Jaya SH,MH, Kepala Kantor Wilayah Badan Pertanahan Nasional Provinsi Jakarta, Walikota Jakarta Utara, Syamsuddin Lologau, Direktur Utama Perumda Pasar Jaya, Arief Nasrudin, Direktur Utama Kaena Films, Marcella Zalianty, Hari Santosa Sungkari, Deputi Bidang Infrastruktur Badan Ekonomi Kreatif serta Muhammad Syamsi Ali, Imam Besar Islamic Centre of New York serta Direktur Utama PT Wijaya Tirta Sarana, Wijaya Tirta dan Camat Penjaringan, Muhammad Andri.
Indiskop Bioskop Rakyat yang dilengkapi juga dengan sarana kuliner rakyat ini juga, diharapkan semakin melengkapi pasar yang biasa menjual kebutuhan sehari- hari masyarakat di sekitarnya tersebut. Bahkan Marcella Zalianty, Direktur Utama Keana Film, yang juga aktris peraih Piala Citra dan Ketua Umum Parfi 56 ini, menjamin fasilitas ini nantinya tidak hanya menjadi sarana menonton film semata tetapi sekaligus menjadi kantong kantong pusat kreasi (creative center) bagi siapa saja, terutama wadah kalangan muda untuk mengembangkan kreativitasnya.
Dan gagasan Bioskop Rakyat sebagai embrio dari lahirnya bioskop bioskop di kabupaten kabupaten di seluruh Indonesia nantinya, lanjut Marcella merupakan gagasan berjiwa merah putih, khususnya untuk memutus rantai para pembajak film dan memberikan ruang bagi perkembangan film Indonesia berjaya di negeri sendiri, yang tidak saja di tonton bagi kalangan masyarakat menengah ke atas tapi juga bagi masyarakat awam, masyarakat menengah ke bawah.
“Melalui tehnologi digital saat ini membuat segalanya jadi mudah dan berkualitas. Saya mengajak pemda pemda di kota lain untuk mendirikan indiskop sebagai bentuk layanan kepada masyarakat yang membutuhan sarana hiburan dan pengembangan kreativitas. Imvestasinya tidak mahal tapi dampak yang ditimbulkan akan sangat besar,” jelas Marcella lagi.
Sedangkan Hari Santosa Sungkari, Deputi Bidang Infrastruktur Badan Ekonomi Kreatif mengingatkan bahwa peran BeKraft hanya membantu mempercepat akselerasi dari hadirnya Bioskop Rakyat bagi masyarakat menengah ke bawah ini. Karena seperti diketahui 2 tahun terakhir Indonesia hanya memiliki 1.150 Bioskop di tingkat Propinsi untuk 260 juta penduduk. 80 persen bioskop tersebut ada di Pulau Jawa, khususnya di wilayah Jabodetabek (untuk masyarakat segmen tertentu, red). Sementara di Korea saja sudah memiliki 4.000 Bioskop untuk 50 juta penduduknya.
“Jadi masih sangat terbuka lebar untuk mengembangkan bioskop di daerah daerah, yang bermutu dan terjangkau,” ungkap Hari Santosa.
Bioskop Indiskop akan hadir dengan 2 layar ditambah dengan fasilitas penunjang yang tidak jauh berbeda dengan bioskop yang ada di pusat pusat perbelanjaan mewah. Sekaligus pusat kegiatan berkreasi bagi masyarakat sekitar Pasar Teluk Gong. Indiskop nantinya akan memutar film selama 4 x sehari pada hari biasa, dan 5 x sehari pada akhir pekan. Fasilitas bangku, sistem tata suara, proyektor dan layar tidak jauh berbeda dengan bioskop berjaringan yang sudah ada.
Pembangunan bioskop ini, merupakan pilot project dan dengan adanya Indiskop, lanjut Marcella, maka semakin terbuka pasar yang lebar bagi produser film untuk memasarkan filmnya. Tentunya dengan harga Harga Tiket Masuk ke Indiskop yang terjangkau, tambah Marcella.
Indiskop hadir menjadi alternatif bagi peredaran film Indonesia yang sering mendapat perlakuan tidak adil dari pemilik pemilik jaringan bioskop. Hanya karena mendapat jumlah penonton yang kurang di layar mereka. Kemudian film langsung diturunkan dan tentunya produser merugi. Padahal jika diputar di bioskop dengan harga terjangkau, bisa jadi film yang tadinya dianggap tidak laku, ternyata laku di kalangan masyarakat menengah ke bawah.
(tjo; foto nia