SUARAINDONEWS.COM, Boyolali-Kementerian Perdagangan (Kemendag) melalui Direktorat Jenderal Pengembangan Ekspor Nasional (PEN) mendukung peluncuran fasilitas Kemudahan Impor Tujuan Ekspor-Industri Kecil Menengah (KITE IKM) dengan menghadirkan paviliun mini Indonesia Design Development Centre (IDDC), bertempat di Balai Desa Tumang, Kabupaten Boyolali, dengan mengangkat tema “Impor Mudah, Produksi Murah, Ekspor Melimpah”.
Desa Tumang dipilih sebagai lokasi sosialiasi fasilitas KITE IKM karena daerah ini merupakan salah satu sentra industri logam di Indonesia dengan serapan tenaga kerja mencapai 4.000 orang. Sehingga produk-produk kerajinan logam dari Desa Tumang berhasil menembus pasar ekspor seperti Amerika Serikat, Australia, Belgia, Prancis, Brunei Darussalam, dan Malaysia.
Kehadiran paviliun mini IDDC dimaksudkan untuk mendorong dan memotivasi pelaku usaha skala kecil dan menengah melakukan ekspor. Dan fasilitas KITE IKM yang implementasinya berada di bawah koordinasi Kementerian Keuangan sangat tepat disinergikan dengan salah satu program Kemendag, yaitu IDDC.
“Program ini dihadirkan sebagai upaya mengembangkan produk ekspor berbasis desain. Saya berharap para pelaku usaha binaan Kemendag di berbagai daerah yang umumnya berskala kecil dan menengah dapat semakin termotivasi untuk berekspansi ke pasar ekspor,” ujar Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita saat peluncuran fasilitas KITE IKM yang diresmikan Presiden Joko Widodo (30/1), di Boyolali, Jawa Tengah.
Adapun produk dari program Fasilitasi Pendampingan Desain (Designer Dispatch Service/DDS) IDDC, yang terpilih menempati Paviliun Mini IDDC ini, antara lain batik dan anyaman bambu Raja Serayu (Cilacap), Tikar Vinto (Jambi), dan produk kerajinan Saf Handicarft (Medan). Selain terdapat produk hasil program DDS yang telah memanfaatkan fasilitas KITE IKM, seperti produk kerajinan dari Ragenda Mop (Lombok), produk furnitur dari CV. Yudhistira (Sukoharjo), produk home living dari CV. Out of Asia (Bantul), dan produk spa dari PT. Bali Tangi (Denpasar).
“Salah satu peranan Kemendag adalah mendorong pertumbuhan ekspor nonmigas, baik oleh pelaku usaha besar maupun unit-unit usaha skala kecil dan menengah di seluruh Indonesia. Saya sangat mendukung adanya fasilitas KITE IKM ini,” imbuh Arlinda.
IDDC yang diresmikan 29 September 2016 merupakan pusat konsultasi dan pelayanan desain. IDDC berfungsi sebagai wahana untuk berkolaborasi bagi dunia usaha, desainer, asosiasi, dan akademisi dalam menciptakan produk berbasis desain yang berkualitas, bernilai tambah, dan berdaya saing. IDDC berlokasi di Jl. S. Parman No. 112, Slipi, Jakarta Barat, dan dibangun di atas area seluas sekitar 1.000 m2.
Beberapa layanan dan fasilitas yang disediakan di IDDC antara lain Klinik Desain, Layanan Informasi Desain untuk dapat mengakses situs Stylus dan Euromonitor International, Pustaka Desain yang dilengkapi dengan buku-buku desain, kegiatan Seminar Desain Internasional, fasilitas Co-Work Space, galeri, dan fasilitasi pada Design Award bertaraf internasional.
Tidak hanya itu, IDDC juga memiliki fasilitas penunjang seperti studio foto, laser cutter, 3D printer, dan plotter. Selain IDDC juga memiliki program Fasilitasi Pendampingan Desain (Designer Dispatch Service/DDS) yang menghasilkan produk-produkekspor berbasis desain dan dipamerkan pada galeri di IDDC.
Program pemerintah yang bertujuan mempromosikan manfaat fasilitas KITE bagi IKM ini merupakan hasil sinergi antara Kementerian Keuangan, Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil Menengah, Kementerian Perindustrian, dan Kementerian Perdagangan.
Dengan adanya program KITE IKM, pemerintah memberi kemudahan terhadap komoditas impor yang dibutuhkan IKM sebagai bahan baku pembuatan produk-produk berorientasi ekspor. Berkat pemanfaatan fasilitas dimaksud, pelaku usaha berpeluang mendapat marjin keuntungan yang lebih besar dengan memotong biaya produksi.
Ketersediaan material impor sebagai bahan baku penolong tersebut juga turut mendorong tumbuhnya sentra-sentra industri di Indonesia seperti Solo (sentra industri furnitur dan batik), Jepara (furnitur), Semarang (furnitur), Sidoarjo (furnitur dan kulit), Lombok (mutiara), Pekalongan (batik), D.I. Yogyakarta (batik dan kulit), Garut (kulit), Cirebon (rotan), dan masih banyak lagi.
Lebih jauh, dengan adanya sentra-sentra industri, diharapkan program One Village One Product (OVOP) oleh pemerintah dapat semakin dikembangkan. (tjo/tony)