SUARAINDONEWS.COM, Jakarta-Dompet Dhuafa dan UNHCR sudah bekerjasama di tiga hal yakni Pertama, Sekolah untuk Pengungsi seperti mengelola sekolah yang didedikasikan untuk para pengungsi dari berbagi negara seperti Yaman, Palestina Myanmar, Bangladesh, Suriah, Afganistan (mereka juga harus diperlakukan secara manusiawi, red). Kedua, pengobatan kepada pengungsi dengan membangun Rumah Sakit yang dimiliki Dompet Dhuafa (melayani pasien pasien yang berasal dari pengungsi tanpa biaya sepeserpun, red). Dan Ketiga, memberikan bantuan makanan langsung, satu hari satu kali, di daerah Kalideres, Jakarta Barat.
Demikian dijelaskan drg.Imam Rullyawan, Direktur Eksekutif Dompet Dhuafa, saat didampingi Achsanul Habib Direktur HAM dan Hubungan Kemanusiaan Kementerian Luar Negeri RI (mewakili Menlu RI Retno Marsudi, red) dan Ann Maymann perwakilan UNHCR Indonesia. Bahkan secara tegas Imam mengemukakan bahwa apa yang dilakukan Dompet Dhuafa bisa berlangsung, berjalan karena kekuatan zakat, sedekah dan infak dari masyarakat Indonesia.
“Terbukti potensi ZIS ternyata bisa membantu bukan hanya di dalam negeri tapi juga saudara saudara kita yang luar negeri yang mengalami cobaan ujian sehingga mereka terdampar di Indonesia,” ujarnya.
Krisis Pengungsi hingga Kemanusiaan adalah berita utama surat kabar di seluruh dunia. Banyak pencari suaka mencoba untuk melintasi perbatasan. Banyak orang melarikan diri dari negara mereka untuk mencari tempat yang lebih aman dan lebih baik. Berdasarkan data Badan Pengungsi PBB (UNHCR) pada 2018, terdapat 70,8 juta orang terlantar di seluruh dunia, sekitar 29,8 juta adalah pengungsi dan hanya ada 92.400 pengungsi dipindahkan ke ketiga negara.
Dompet Dhuafa sangat memahami dinamisme dari dunia dengan terus menghadirkan perubahan generasi di dalamnya. Melalui Rangkaian Youth For Peace Camp 2019 yang dihadiri Sebanyak 30 delegasi muda dari 30 negara menghelat diskusi bertajuk Dompet Dhuafa Global Network Launching, Roadmap of Indonesia Role on International Peacebuilding di Balai Kartini, Jakarta. (Rabu, 11/12), yang turut dihadiri pula Wahfiudin Salam ( Board of Syiria Trustees Dompet Dhuafa), DRG. Imam Rullyawan as Executive Director of Dompet Dhuafa, Cristy McLenann (The Representative of CARE Indonesia), Arief Syamsulaksana (The Representative of HUMIA TRUST NZ), Abdus Sabur (Co Founder Asian Moslem Action Network (AMAN), Ahmad Nashrullah from International Comitee of The Red Cross (ICRC), Sakai Niho (Perwakilan dari Kedutaan Besar Jepang) serta sejumlah perwakilan dari mitra strategis luar negeri dan peserta Youth for Peace 2019.
Sementara itu Achsanul Habib Direktur HAM dan Hubungan Kemanusiaan Kementerian Luar Negeri RI (mewakili Menlu RI Retno Marsudi, red) dalam kesempatan yang sama mengungkapkan bahwa Diplomasi Kemanusiaan itu prioritas politik luar negeri Indonesia. Tidak hanya menggunakan potensi dan sumber daya yang ada dalam pemerintah, tapi lebih penting dalam dunia mengedepankan aktor aktor non pemerintah seperti Dompet Dhuafa dan kolaborasi ini sudah lama terjalin dengan pemerintah (Kemenlu RI, red) dalam berbagai forum dan platform.
“Bicara tempat kita sudah bekerjasama di Palestina, Myanmar dan beberapa tempat yang membutuhkan bantuan. Dengan tantangan sekarang, aktor kemanusiaan non pemerintah seperti Dompet Dhuafa harus mengedepankan aktor diplomasi yang dilakukan tidak melalui proses yang unconditional lagi. Karena diplomasi bukan milik pemerintah semata tapi dari unsur masyarakat. Kami apresiasi sekali, Dompet Dhuafa selalu terdepan dan paling mudah untuk berkolaborasi dan berinteraksi,” papar Achsanul Habib.
Di era 4.0 ini, Dompet Dhuafa meyakini bahwa banyak orang ingin terlibat dalam perdamaian dunia. Youth For Peace Camp 2019 adalah momentum utama dalam meningkatkannya sebagai respon kemanusiaan. Sebagai catatan Dompet Dhuafa telah membantu penangangan ratusan orang etnis Rohingya yang terdampar di wilayah Langsa, Aceh sejak tahun 2015 mendapat berbagai bantuan baik berupa logistik makanan, layanan kesehatan dan pendidikan melalui program School for Refugees di dua titik pengungsian Bayeun dan Langsa.
Tidak hanya di dalam negeri saja, hal tersebut telah dilakukan pula di beberapa negara yang tengah mengalami konflik kemanusiaan seperti di Gaza-Palestina dengan mendistribusikan 500 paket makanan per harinya kepada anak-anak dengan menggunakan mobil khusus layanan dapur umum. Hingga bencana alam maupun kemanusiaan lainnya seperti di Somalia, Nepal, Myanmar dan Filipina.
Dan tahun ini, Dompet Dhuafa masuk ke daerah Marawi di Filipina, Bangladesh, Myanmar, Rohingya, Palestina (Gaza dan Hebron) dimana bekerjasama dengan MUI membangun Rumah Sakit gratis. Di Yerusalem bekerjasama dengan PKPU, Rumah Zakat dan lembaga lainnya membangun sekolah gratis.
“Akumulasi dana hingga Oktober Rp.300 Milyar dari target penghimpunan tahun ini mencapai Rp. 450 milyar. Kami sudah terbukti penyaluran lebih 90 persen dana sudah teralokasi kami salurkan pada masyarakat Indonesia dan luar negeri yang membutuhkan. Pada intinya Dompet Dhuafa merangkul seluruh negara untuk selalu membentang kebaikan dan menebarkan perdamaian di seluruh dunia. Seperti 6 – 12 Desember 2019, Dompet Dhuafa mengadakan Youth for Peace. Sebuah annual event dari Dompet Dhuafa dan tersaring 17 partisipan dari 10 negara. Agendanya anak-anak muda dari beberapa negara di seluruh dunia ini, dimana mereka submit proposal social Project kepada Dhompet Dhuafa untuk kemudian di saring. Dah di akhir agenda mereka yang tersaring akan mengimplementasikan social projectnya bekerjasama dengan Dhompet Dhuafa,” tutup drg.Imam Rullyawan, Direktur Eksekutif Dompet Dhuafa.
Dompet Dhuafa adalah Wallet for The Poor, kewajiban kami mengisi dompetnya, bukan membelikan dompetnya tetapi mengisi dompetnya bukan dengan uang, tetapi dengan memberikan dengan empowerman sebuah strategi yang baik dalam rangka membangun kedamaian, penelitian menyebutkan di Indonesia penyebab radikalisasi adalah kemiskinan. Sehingga selama masih ada orang miskin dimanapun berada Dompet Dhuafa bersama jaringannya kita buru dan cari, dan kita berdayakan sehingga menjadi manusia yang bermartabat, pungkasnya lagi.
(tjo ; foto yok