SUARAINDONEWS.COM, Jakarta-Bertemakan “Improving an Accessible and Trusted Pharmacist”, Pertemuan Ilmiah Tahunan (PIT) dan Rapat Kerja Nasional (Rakernas) Ikatan Apoteker Indonesia (IAI) Tahun 2017 bekerjasama dengan Pengurus Daerah IAI Banten, bakal dihelat di ICE BSD, Tangerang Banten, 5-8 September, diikuti 8 UKM dan 1.500 peserta yang datang dari berbagai pelosok Indonesia yang meliputi praktisi, akademisi serta birokrat.
“PIT dan Rakernas IAI merupakan kegiatan tahunan masyarakat farmasi untuk menjaga dan meningkatkan kompetensi Apoteker dengan menghadirkan praktisi profesional dari dalam negeri dan luar negeri serta regulator. Selain membahas aturan-aturan organisasi dalam rangka menyiapkan layanan prima bagi anggota,” ungkap Drs. Nurul Falah Edi Pariang, Apt, Ketua Umum PP IAI &di Sekretariat IAI, Jakarta.
Sementara, Dra. Ellen Wijaya, Apt, selaku Ketua Panitia PIT dan Rakernas IAI 2017 ini, menyampaikan bahwa Menkes RI, Prof Nila Juwita Moeloek diharapkan berkenan membuka PIT dan Rakernas IAI, untuk selanjutnya memberikan arahan sebagai keynote speaker (6/9) di ICE BSD, Tangerang, Banten, sekaligus nanti dalam rangkaian Plenary Session.
Pembicara Plenary Session lainnya, datang dari Menteri Pemberdayaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi, Asman Abnur, yang akan memberikan arahan khususnya terkait keberadaan apoteker yang berkedudukan sebagai pegawai pemerintah. Selain Kepala BPOM Penny Kusumastuti Lukito dan Lina Bahder, Apoteker FIP (International Phramaceutical Federation) yang berkedudukan di London.
Outcome dan impact yang diharapkan dari kegiatan ini, lanjut Ellen diharapkan akan mampu meningkatkan jumlah dan kualitas apoteker praktik bertanggungjawab. Disamping membuat dan menyempurnakan peraturan organisasi yang sederhana berbasis teknologi yang memudahkan bagi para anggotanya. Dan melakukan kajian agar, apoteker Indonesia sejajar bahkan lebih unggul dari negara Asean, serta mengikuti perkembangan pengetahuan ketrampilan dan teknologi praktik kefarmasian di negara lain.
Sedangkan berrbagai issue menarik juga dibahas dalam kegiatan ini, tambah Nurul Falah seperti rencana dikembangkannya ‘apoteker spesialis/ melalui dibentuknya KIFI (Kolegium llmu Farmasi Indonesia) yang dlantik tahun lalu.
Dimana sebelumnya, KIFI, dengan berkoordinasi dengan lAl-APTFl dan KFN, telah menyusun naskah akademik pengembangan dan peningkatan profesionalitas apoteker berupa ‘Apoteker Spesialis’ untuk farmasi klinik. Dan menyusul kedepannya ‘Apoteker Spesialis Onkologi’, Produksi Steril (injeksi, infus, tetes mata dan sebagainya), Fragrance (di bidang kosmetik), dan lain-lain.
Selain keprihatinan akan keberadaan apoteker di sarana kesehatan, baik swasta maupun pemerintah yang masih perlu ditingkatkan dalam jumlah dan kualitasnya. Dimana hingga saat ini baru sekitar 20 persen Puskesmas yang memiliki tenaga Apoteker.
Sekaligus memberikan usulan kepada pemerintah, mengenai program internship bagi apoteker yang baru lulus dari perguruan tinggi. Program internship ini dipandang perlu untuk memahirkan praktik kefarmasian sehingga profesionalitas apoteker dapat direkognisi oleh tenaga kesehatan Iainnya dan masyarakat.
Disamping tentunya, lanjut Nurul Falah, IAI-APTFI-KFN telah pula melaksanakan Ujian Kompetensi Apoteker Lulusan baru (UKAI) yang saat ini sudah sampai ke tahap exit exam metoda CBT dan di tahun 2018 mulai try out metoda OSCE. lni adalah cara menstandarisasi lulusan apoteker yang berasal dari 38 prodi apoteker dan 158 prodi sarjana farmasi. Dan pengembangan selanjutnya oleh panitia UKTK (Ujian Kompetensi Tenaga Kefarmasian ) Indonesia.
Sementara isu Iainnya, tegas Noffendri Rustam Ssi, Apt (Sekretaris Jenderal PP IAI), yakni keberadaan counterflt medicine atau obat palsu. Dimana untuk mengatasinya masyarakat farmasi yang terdiri dari KFN, IAI, APTFI, KIFI dan stake holder lainnya merasa perlu mewacanakan RUU Farmasi beserta usulan penegakan hukum yang berefek jera bagi para pelakunya. Termasuk terhadap fenomena hadirnya oknum penegak hukum yang melakukan tekanan terhadap sejumlah apotek. Penegakan advokasi ini perlu dilakukan mengingat obat merupakan bagian dari ketahanan bangsa.
Di penghujung pertemuan dengan sejumlah media itu, Ahmad Sofan, Ssi, MFarm, Apt, selaku Ketua PD IAI Banten dan tuan rumah PIT serta Rakernas IAI, mengemukakan bahwa kegiatan yang dihadiri 34 Pengurus Daerah IAI di tahun ini menjadi kegiatan nasional terbesar di Propinsi Banten. Oleh karenanya sejumlah kegiatan untuk mensukseskan perhelatan akbar ini telah disiapkan, termasuk mempromosikan pariwisata alam Banten dan terkait keunggulan MICE di propinsi yang dikenal dengan negeri para jawara itu.
Pertemuan tahunan PIT dan Rakernas IAI, yang dua tahun sebelumnya pernah dilakukan di Bukit Tinggi dan Yogyakarta, juga dipadati dengan kegiatan Simposium yang membahas 44 topik besar dari 82 nara sumber dalam dan luar negeri. Dan workshop dengan 9 topik yang mengacu pada Himpunan Seminat diantaranya Hisfarma, Hisfarsi, Hisfarin, Hisfardi, Himastra, Hiaskos. Selain ada oral dan poster presentation dari 121 presentasi, tutup Ellen.
(tjo; foto ist